Di artikel sebelumnya disebutkan bahwa ada anjuran kepada orang tua untuk mengajari anak-anak bersiwak maupun menggosok gigi. Hal tersebut untuk kesempurnaan ibadah dan keperluan komunikasi dengan sesama.
Ada 12 kesunahan yang dianjurkan kala bersiwak maupun membersihkan gigi adalah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Al Baijuri, juz 1, halaman 84-85. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dengan Niat
Orang yang gosok gigi secara kebetulan atau memang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, bisa tak mendapat kesunahan bersiwak ketika dijalankan tanpa niat melakukan kesunahan.
2. Bersiwak Menggunakan Tangan Kanan
Hal ini dilakukan karena mengikuti perilaku Rasulullah SAW, yang ketika menjalankan hal-hal baik menggunakan tangan kanan. Hal ini juga sebagai pembeda antara bersiwak dan istinja’ (cebok) atau kegiatan yang identik dengan barang kotor lainnya.
3. Posisi Jari
Jari kelingking berada di bawah batang siwak (atau sikat gigi). Sedangkan jari manis, jari tengah dan jari telunjuk berada di atas batang siwak dan jempol berada di bawah bagian kepada siwak. Setelah bersiwak, hendaknya batang siwak diletakkan di bagian belakang telinga kiri. Hal ini sebagaimana keterangan:
ويسن ان يجعل الخنصر من اسفله والبنصر والوسطى والسبابة فوقه والإبهام اسفل رأسه ثم يضعه بعد ان يستاك خلف أذنه اليسرى لخبر فيه
Artinya: Disunahkan menjadikan jari kelingking berada di bawah batang siwak, sedangkan jari manis, tengah dan telunjuk di atasnya dan jempol di bagian atas kepala siwak. Setelah bersiwak, kayu siwak diletakkan di belakang telinga bagian kiri. Hal ini berdasarkan hadits Baginda Nabi Muhammad SAW. (Ibrahim Al-Bayjuri, Hasyiyah Syekh Ibrahim Al-Bayjuri, [Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut], juz 1, halaman: 84).
Masih dalam kitab yang sama, sebagian ulama menyunahkan membaca doa berikut pada saat permulaan gosok gigi:
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ، وَشُّدُّ بِهِ لِثَاتِىْ، وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâhumma bayyidl bihî asnânî, wa syuddu bihî litsâtî, wa tsabbit bihî lahâtî, wa bârik fîhi, yâ Arhamar Râhimîn.
Artinya: Ya Allah, semoga Engkau putihkan gigi-gigiku, kokohkan gusi-gusiku, kuatkan katup nafas kami, berilah kami keberkahan, wahai Dzat yang Maha-paling kasih.
4. Menelan Ludah
Disunahkan menelan ludah pada kali pertama memulai bersiwak walaupun kayu atau batang siwak yang dibuat untuk gosok gigi tidak dalam kondisi baru. Ada kesunahan menyuci batang siwak pada setiap kali bersiwak.
5. Ukuran Panjang Siwak atau Sikat Gigi
Panjang batang sikat gigi atau kayu siwak makruh jika lebih panjang dari satu jengkal. Apabila lebih dari satu jengkal, konon setan numpang naik pada sisi lebihnya.
6. Bentuk Siwak
Disunahkan ada guritan-guritan celah pada kayu siwak, atau kalau dalam sikat gigi ada sudah cukup karena ada bulu-bulunya.
7. Sikap saat Membersihkan Gigi
Saat membersihkan gigi hendaknya bersikap tenang dan diam. Makruh bersiwak sambil berbicara atau berbincang dengan orang lain.
8. Cara Membersihkan Gigi
Disunahkan memulai bersiwak dari area mulut bagian kanan sampai separuh. Baru kemudian bagian separuh yang kiri. Hal itu berlaku untuk bagian dalam daripada gigi serta gigi bagian luar.
9. Urutan yang Dianjurkan
Sunah menggosok bagian pangkal gigi geraham baik secara membujur maupun melintang.
10. Membersihkan Langit-langit
Menggosok bagian langit-langit mulut dan gigi-gigi yang masih tersisa secara melintang.
11. Membersihkan Bagian Lidah
Menggosok bagian lidah secara membujur.
12. Lembut dan Pelan
Yang terakhir, gosokan dilakukan secara lembut dan pelan-pelan.
Demikian sejumlah hal yang disarankan saat menyikat gigi dengan siwat atau sikat dan pasta gigi. Dengan demikian, yang dilakukan umat islam tidak semata rutinitas untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi, juga bermakna ibadah. Wallahu a’lam.
https://jatim.nu.or.id/keislaman/12-kesunahan-saat-bersiwak-maupun-membersihkan-gigi-eYR2k