Bulan syawal adalah bulan setelah Ramadhan, di bulan ini terdapat beberapa amalan yang dapat dikerjakan untuk meraih pahala dan rahmat Allah Swt, salah satunya puasa syawal yang diganjar dengan puasa setara satu tahun.
Pada bulan tersebut juga terdapat beberapa peristiwa, yaitu peristiwa perang. Sejumlah peristiwa yang mengisahkan semangat dakwah umat Muslim pada zaman Rasulullah Saw. Sebab, pernah terjadi lima peperangan penting demi menegakkan agama Allah pada bulan tersebut. Meski tentu praktik perang sudah tidak relevan sebagai instrumen dakwah hari ini, setidaknya ada nilai semangat jihad yang bisa dijadikan pelajaran.
Lima perang itu dalam Perang Uhud, Perang Hamra’ul Asad, Perang Khandaq, Perang Hunain, dan Perang Tha’if.
Perang Uhud
Setelah kekalahan yang dialami kaum Quraisy Makkah di Perang Badar, mereka berniat membalas tentara Muslim dengan persiapan militer yang lebih matang dan penuh perhitungan. Melalui segala persiapan yang dilakukan selama satu tahun, mereka berhasil menghimpun tidak kurang dari 3000 perajurit yang terdiri dari sejumlah sekutu dan kabilah-kabilah kecil.
Syafyurrahman al-Mubarakfuri melaporkan, jumlah kendaraan unta pasukan Quraisy sebanyak 3000, sementara pasukan penunggang kuda sebanyak 200. Dalam kesempatan ini Abu Sufyan bin Harb ditunjuk sebagai komandan pasukan tertinggi dan Khalid bin Walid ditunjuk sebagai komandan pasukan berkuda dengan dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahl. Sementara bendera perang disertakan kepada Bani Abdid Dar.
Mendengar pergerakan musuh, Nabi Muhammad segera menghimpun pasukan Muslim di Madinah. Jumlah tentara yang berhasil terkumpul adalah sebanyak 1000 personil, tiga kali lebih sedikit dibanding jumlah musuh. Hanya saja, di tengah perjalanan ada sebanyak 300 pasukan Muslim yang membelot di bawah pengaruh Abdullah bin Ubay, sang pimpinan orang munafik. Pasukan Muslim pun melanjutkan peperangan dengan hanya 700 tentara.
Meski dengan jumlah tentara lebih sedikit dibanding lawan, Rasulullah berhasil mengobarkan semangat pada setiap Muslim dan mengatur strategi perang dengan baik, yaitu dengan menempatkan pasukan pemanah di atas bukit. Dengan begitu kaum Muslim berhasil menguasai arena Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal tahun 3 H.
Hanya saja, ketika hampir meraih kemenangan, pasukan pemanah turun untuk memperoleh harta rampasan perang. Padahal Rasulullah sudah mewanti-wanti agar mereka tetap stand bay di posisi, apapun yang terjadi. Akibatnya kondisi berbailk, kaum Qurasiy berhasil menguasai keadaan hingga akhirnya mereka meraih kemenangan, sementara umat Muslim harus menerima kekalahan. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Rahiqul Makhtum, 2013: 218-245)
Perang Hamra’ul Asad
Perang Hamra’ul Asad merupakan lanjutan dari Perang Uhud. Kendati kaum Quraisy berhasil memenangkan perang Uhud, akan tetapi mereka belum memperoleh dari segi materi. Oleh sebab itu Rasulullah khawatir mereka akan kembali menyerang Madinah. Menyikapi hal itu beliau memutuskan untuk menghimpun pasukan dan mengusir mereka sesegera mungkin.
Paginya setelah Perang Uhud atau tepat pada hari Ahad 8 Syawal 3 H, Nabi bersama pasukan tentara Muslim mengejar musuh. Banar saja, prediksi Nabi tepat bahwa pasukan Quraisy akan menyerang kembali umat Muslim. Tapi hal itu tidak sampai terjadi karena salah seorang sahabat bernama Ma’bad bin Abu Ma’bad al-Khuza’i mengabarkan kepada pasukan musuh bahwa tentara Muslim akan menyerang dengan kekuatan yang lebih banyak dan lebih kuat dari sebelumnya.
Hal ini menciutkan mental musuh sehingga mereka tidak jadi kembali menyerang Madinah, akan tetapi langsung pulang ke Makkah. Peristiwa ini kemudian dinamakan sebagai Perang Hamra’ul Asad. Hamra’ul Asad sendiri merupakan nama sebuah daerah yang berada jarak 8 mil dari Madinah. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, 2013: 245-235)
Perang Khandaq
Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal 5 Hijriah. Perang ini merupakan pertempuran besar karena jumlah pasukan musuh yang begitu banyak. Menurut laporan al-Mubarakfuri, jumlah pasukan musuh dari arah selatan Madinah terhimpun sebanyak 4000 personil di bawah komando Abu Sufyan yang terdiri dari kaum Quraisy, Kinanah, dan sekutu-sekutu kecil lainnya dari penduduk Tihamah.
Sementara dari arah timur ada kabilah-kabilah Ghatafan yang terdiri dari Bani Fazarah, Bani Murah, Bani Asyja’, Bani As’ad, dan lain-lain. Total keseluruhan pasukan Musuh sebesar 10.000 tentara. Sementara itu, pasukan Muslim hanya terdiri dari 3000 personil.
Kendati demikian, pasukan Muslim berhasil mengendalikan kondisi karena salah seorang sahabat bernama Salman al-Farisi mengusulkan untuk membuat parit di sekeliling Madinah. Taktik ini berhasil dan membuat pihak musuh kualahan. (M. Sa’id Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah an-Nabawiyah, t.t: 213-215)
Perang Hunain
Setelah peristiwa penaklukan kota Makkah, masih ada beberapa kabilah yang menolak tunduk kepada Rasulullah yang dipelopori oleh suku Hawazin dan Tsaqif. Ada sejumlah suku lain yang bergabung bersama mereka seperti Nashr, Jusyam, Sa’d bn Bakr dan beberapa orang dari Bani Hilal. Di bawah komando Malik bin Auf mereka bertolak ke Hunain.
Sementara pasukan musuh sudah tiba dulu di Hunain dengan bersembunyi di sela-sela bukit, rombongan tentara Muslim baru sampai di lokasi yang sama. Tidak mengetahui pasukan musuh bersembunyi, tentara Muslim tiba-tiba mendapat serangan dengan dihujani anak panah hingga lari kocar-kacir.
Dalam kondisi yang tercerai-berai, Rasulullah tetap berada di lokasi dan mencoba menyatukan kembali pasukan. Setelah pasukan kembali terhimpun dan semangat jihadnya kembali berkobar, pasukan musuh mendapatkan serangan balik hingga kemenangan diraih oleh pasukan Muslim. Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal 8 H. (Musthafa as-Siba’i, As-Sirah an-Nabawiyah, t.t: 102-103)
Perang Thaif
Perang Thaif merupakan lanjutan dari Perang Hunain. Sebab, setelah pasukan musuh kalah, mereka terpencar ke tiga wilayah yang berbeda. Mayoritas mereka melarikan diri ke daerah Thaif. Ke wilayah inilah kemudian Nabi mengutus Khalid bin Walid dengan membawa 1000 pasukan Muslim untuk mengepung mereka. Nabi ikut menyusul kemudian.
Pasukan Muslim sempat terpepet dalam pertempuran itu. Dalam kondisi yang genting ini kemudian Nabi menginstruksikan tentara Muslim agar membakar pohon-pohon anggur di sana. Karena banyaknya pohon anggur yang dimusnahkan, pasukan musuh pun menyerah dan mengaku kalah. (Ahmad Ghalwasy, As-Sîrah an-Nabawiyah wad Da’wah fil ‘Ahdil Manadî, t.t: 601-602)
Editor: Abdul Manap
https://jabar.nu.or.id/hikmah/5-peristiwa-perang-di-bulan-syawal-3suC3