6 Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang menyimpan banyak hikmah dan keistimewaan. Selain itu, Bulan Dzulhijjah juga menjadi salah satu dari empat bulan ‘haram’, yakni bulan yang dimuliakan dalam Islam. Empat bulan yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. 

 

Sepanjang sejarah Islam, banyak peristiwa menarik yang terjadi pada bulan Dzulhijjah yang kemudian dikenang dengan dijadikannya sebagai syariat yang dijalani oleh umat Islam hingga saat ini, misalnya ibadah haji, dan hari raya Idul Adha. 

 

Di setiap harinya, terutama pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, terdapat banyak kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Mari kita jelajahi hari-hari istimewa di bulan yang penuh berkah ini dengan harapan agar kita mampu memaksimalkan ibadah kita di bulan ini.

 

1. Puncak Keutamaan Ibadah

Pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, umat Islam diberi kesempatan oleh Allah swt untuk meningkatkan berbagai bentuk ibadahnya sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini selaras dengan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. sebagai berikut.

 

عن ابن عبّاس رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: «ما من أيّام العمل الصّالح فيها أحبّ إلى الله من هذه الأيام – يعني أيّام العشر – قالوا: يا رسول الله، ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله، إلاّ رجل خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء» (رواه البخاري وأبو داود والترمذي وابن ماجه

 

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra. dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tidak ada hari di mana amal saleh di dalamnya lebih Allah cintai melebihi hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah). Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, meskipun itu Jihad di jalan Allah? Rasul menjawab: Meskipun itu jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang pergi (berjihad) dengan raga dan hartanya, namun ia tak kunjung kembali kepada keluarganya.” (HR. Al-Bukhari, Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

 

Ibnu Rajab Al-Hanbali menjelaskan, beramal pada hari-hari tersebut sangat disukai oleh Allah. Jika lebih disukai oleh Allah, maka lebih baik di hadapan-Nya. Jika amal pada hari-hari sepuluh lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada hari lain dalam setahun, maka amal di dalamnya (meskipun dianggap kurang utama) lebih baik daripada amal pada hari lain yang dianggap utama.

 

Oleh karena itu, sahabat berkata: Wahai Rasulullah, tidak juga jihad di jalan Allah? Beliau menjawab: ‘Tidak juga jihad,’ kemudian Beliau mengecualikan satu jihad yang merupakan jihad terbaik; karena Rasulullah saw. ditanya: Jihad manakah yang terbaik? Beliau menjawab: ‘Yang mengorbankan kudanya dan menumpahkan darahnya,’ dan orang yang melakukannya memiliki derajat tertinggi di sisi Allah.” (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Latahiful Ma’arif fima limawasimil ‘am minal wadhaifi, [Beirut: al-Maktab al-Islami, 2007], Cet I, halaman 456-457).

 

Kutipan tersebut menekankan keutamaan amal selama sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, bahkan dibandingkan dengan jihad, kecuali bagi mereka yang berperang dengan mengorbankan seluruh harta dan jiwanya di jalan Allah. Hal ini juga menunjukkan bahwa amal biasa ketika dilakukan pada waktu yang utama (sepuluh hari pertama Dzulhijjah) menjadi setara dengan amal yang utama pada waktu lain, bahkan melebihinya karena pahala dan ganjarannya berlipat ganda.

 

Menurut Ibnu Rajab, sepuluh hari pertama Dzulhijjah sering kali dianggap lebih baik daripada hari-hari lain, termasuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, meskipun ada keistimewaan pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan adanya Lailatul Qadar, namun secara keseluruhan sepuluh hari pertama Dzulhijjah dianggap lebih utama. 

 

Selain itu, bulan Dzulhijjah juga dianggap memiliki kehormatan terbesar di antara bulan-bulan haram.

 

وفي «مسند البزار» عن أبي سعيد الخدري، عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: «سيد الشهور رمضان، وأعظمها حرمة ذو الحجة». وفي إسناده ضعف

 

Artinya: “Dalam ‘Musnad Al-Bazzar’ dari Abi Sa’id Al-Khudri, dari Nabi saw. bersabda: ‘Pemimpin dari seluruh bulan adalah Ramadhan, dan yang paling agung kehormatannya adalah Dzulhijjah.’ Dalam hadis ini, sanadnya daif. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Latahiful Ma’arif…, halaman 467)

 

2. Hari ‘Arafah

Puncak dari keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah Hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari ini, jutaan jamaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf, salah satu rukun haji yang paling penting. 

 

Bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa. Puasa Arafah memiliki keutamaan sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.

 

عَنْ قَتَادَةَ بْنِ النُّعْمَانِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ بَعْدَهُ (رواه ابن ماجه

 

Artinya: “Dari Qatadah bin Nu’man berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa pun yang menjalankan puasa sunnah di Hari ‘Arafah, maka akan diampuni dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang”. (HR. Ibnu Majah). 

 

Akan tetapi, untuk membedakan dengan umat Yahudi, maka umat Islam yang tidak mampu berpuasa mulai tanggal 1 Dzulhijjah, dianjurkan untuk puasa dua hari yakni dimulai tanggal 8 Dzulhijjah yang biasa disebut sebagai Hari Tarwiyah. 

 

في «الصحيحين» عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أنّ رجلا من اليهود قال له: يا أمير المؤمنين، آية في كتابكم لو علينا معشر اليهود نزلت، لاتّخذنا ذلك اليوم عيدا. فقال: أيّ آية؟ قال: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ دِيناً} [المائدة: 3]. فقال عمر: إنّي لأعلم اليوم الذي نزلت فيه، والمكان الذي نزلت فيه؛ نزلت ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم بعرفة يوم جمعة

 

Artinya: “Dalam Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), dari Umar bin Al-Khattab r.a. bahwasanya ada seseorang dari umat Yahudi yang bertanya kepadanya: Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat dalam kitab kalian, jika ayat itu diturunkan kepada kami, kaum Yahudi, kami akan menjadikan hari itu sebagai hari raya. Umar bertanya: Ayat yang mana? Dia menjawab:

{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلامَ دِيناً} [QS. Al-Ma’idah: 3].

Umar berkata: Aku mengetahui hari ketika ayat itu diturunkan, dan tempat di mana ayat itu diturunkan; ayat itu diturunkan saat Rasulullah saw. berdiri di Arafah pada hari Jumat.” (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Latahiful Ma’arif…, halaman 479).

 

Hari Arafah merupakan hari yang sangat istimewa untuk berdoa, memohon ampunan, dan mendapatkan rahmat dari Allah swt. Di Padang Arafah, jamaah haji menghabiskan waktu mereka dengan berdoa, bermunajat, dan mengingat Allah. Suasana khusyuk ini menggambarkan ketundukan umat Islam kepada Allah swt. Doa-doa yang dipanjatkan pada hari ini diyakini memiliki peluang besar untuk dikabulkan, menjadikannya momen yang sangat dinantikan oleh setiap muslim.

 

3. Hari Raya Idul Adha

Tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari raya Idul Adha, hari raya Kurban, atau Yaumun Nahr. Pada hari ini, umat Islam di seluruh dunia melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kepada Allah swt. Hari Raya Idul Adha mengingatkan kita pada keteladanan Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya, Ismail, demi memenuhi perintah Allah. 

 

Hari raya Kurban ini menekankan pentingnya berbagi dengan sesama, juga sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahim dan memperkuat solidaritas sosial. Penyembelihan hewan kurban bukan sekadar ritual, tetapi juga simbol kepatuhan, ketakwaan, dan kepedulian terhadap sesama. Dalam setiap tetes darah hewan kurban yang mengalir, terkandung makna pengorbanan dan ketaatan yang mendalam kepada Allah swt.

 

4. Hari Tasyrik

Setelah Idul Adha, umat Islam merayakan hari-hari Tasyrik pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. 

 

أيّام منى هي الأيّام المعدودات التي قال الله عز وجل فيها: {وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيّامٍ مَعْدُوداتٍ} [البقرة: 203]. وهي ثلاثة أيام بعد يوم النّحر، وهي أيّام التشريق، هذا قول ابن عمر وأكثر العلماء

 

Artinya: “Hari-hari Mina adalah hari-hari yang terhitung, di mana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan ingatlah Allah dalam beberapa hari yang terhitung” (QS. Al-Baqarah: 203). Ini merujuk kepada tiga hari setelah Hari Nahr, yaitu hari-hari Tasyrik. Ini adalah pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama. (Ibnu Rajab Al-Hanbali, Latahiful Ma’arif…, halaman 502)

 

Pada hari-hari Tasyrik ini, umat Islam dilarang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi saw.

 

عَنْ بِشْرِ بْنِ سُحَيْمٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ فَقَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ وَإِنَّ هَذِهِ الْأَيَّامَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

 

Artinya: “Bisyr bin Suhaim berkata bahwa pada hari-hari Tasyrik, Rasulullah pernah berkhutbah, beliau mengatakan, “Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang bersih, dan ini adalah hari-hari makan dan minum.” (HR. Ibnu Majah)

 

Di antara hal yang membedakan hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha adalah, untuk pembacaan takbir di Hari Raya Idul Adha terus berlanjut sampai akhir hari Tasyrik, yakni tiga hari setelah Idul Adha, dan pada Hari Raya Idul Adha juga diadakan penyembelihan hewan kurban. Sedangkan pada hari raya Idul Fitri tidak demikian. Hal ini juga menjadi salah satu keistimewaan bulan Dzulhijjah.

 

5. Ibadah Haji

Salah satu keistimewaan terbesar bulan Dzulhijjah adalah pelaksanaan ibadah haji. Setiap tahun, jutaan muslim dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Makkah untuk menunaikan rukun Islam kelima. Ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Dalam pelaksanaannya, jamaah haji memperingati berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, termasuk pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarganya.

 

Ibadah haji mencerminkan kesatuan dan persaudaraan umat Islam. Di tanah suci, semua muslim, tanpa memandang perbedaan ras, warna kulit, atau status sosial, berdiri sama di hadapan Allah. Mereka mengenakan pakaian ihram yang sederhana, melambangkan kesucian dan kesetaraan di sisi Allah. Pengalaman spiritual ini meninggalkan kesan mendalam dan mengajarkan pelajaran penting tentang kesederhanaan, ketaatan, dan ketulusan dalam beribadah.

 

6. Momentum Muhasabah

Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Hijriyah. Pada bulan penutup tahun ini, umat Islam hendaknya muhasabah diri, yakni melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri selama satu tahun ke belakang. Selain itu, umat Islam juga hendaknya mulai menyusun strategi untuk memaksimalkan waktu yang telah dianugerahkan Allah dengan memperbanyak amal saleh dan mampu menuntunnya menuju husnul khatimah.

 

Demikianlah 6 keistimewaan yang ada pada bulan Dzulhijjah. Di bulan ini banyak kesempatan emas yang disediakan Allah untuk meraih pahala dan ampunan, serta keberkahan. Mari sambut bulan Dzulhijjah dengan penuh semangat dan kesungguhan dengan harapan semoga ridha Allah senantiasa mengiringi langkah dan niat baik kita. Wallahu a’lam.

 

Arny Nur Fitri, Alumni Pesantren Pascatahfidz Bayt Al-Qur’an, Pusat Studi Al-Qur’an.

https://islam.nu.or.id/syariah/6-hari-istimewa-di-bulan-dzulhijjah-VsKAT

Author: Zant