Jombang, NU Online
Pondok Pesantren Tebuireng menggelar workshop penguatan materi Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) bagi siswa kelas akhir seluruh sekolah dan madrasah di lingkungan Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur.
Acara tersebut diikuti ribuan santri dengan dimotori oleh Aswaja Center Tebuireng dan dilaksanakan di Masjid Ulul Albab Pondok Putri Pesantren Tebuireng.
Menurut Ketua Tebuireng Institute, KH Ahmad Roziqi, penguatan materi aswaja ini sebagai salah satu bentuk menjaga warisan keilmuan dari Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari.
“Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaahnya mendeskripsikan Muslim di Jawa sebagai Muslim yang ber-Ahlussunnah wal Jamaah sejak dulu,” jelasnya, Kamis (2/3/2023).
Dikatakan, lebih rinci dalam kitabnya, Kiai Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa Muslim di Jawa sebagai Asy’ariyyin, Syafi’iyyin dan Salikin ‘ala Imam Al-Ghazali dan Imam Abil Hasan Asy Syadzili.
Namun, corak Muslim Jawa ini mulai ada pergeseran di tahun 1330 H atau 1912 M setelah maraknya ragam pemikiran yang masuk. Dengan semakin mudahnya akses informasi karena cepatnya laju perkembangan teknologi, maka terjadi pulalah ghazwul fikr.
Pertarungan pemikiran tersebut, terutama pemikiran-pemikiran keagamaan yang terkadang bagi orang yang awam terasa membingungkan bahkan terkadang membuat bertanya kembali keabsahan amaliyah yang sudah diajarkan oleh para kiai dan orang tua terdahulu.
Kiai Hasyim Asy’ari sejak dulu sudah membekali santrinya serta masyarakat dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Sebagai salah satu jawaban dari ghazwul fikr.
“Membekali para santri dengan mengenalkan dan memahamkan Ahlussunnah wal Jamaah kepada mereka sejak di usia dini hingga perguruan tinggi. Hal ini sebagai langkah penguatan faham keagamaan santri karena mereka adalah aset masa depan; generasi penerus kita semua,” imbuh Kiai Roziqi.
Mudir Mahad Aly Hasyim Asy’ari tersebut menambahkan, ahlussunnah wal jamaah sebagai metode beragama Islam. Metode yang diikuti oleh mayoritas muslim dunia. Beragam nama lembaga dan organisasinya, tapi mayoritas bermanhaj satu, yaitu ahlussunnah wal jamaah.
Dalam praktiknya, metode tersebut yaitu mengikuti Asy’ariyyah atau Maturidiyyah secara teologi. Di fiqih berafliasi kepada empat madzhab, ber-suluk ‘ala hujjatil Islam Al-Ghozali dan Ahlu Hadits, demikianlah mayoritas literatur mendefinisikan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
“Memang ini masih kecil, tapi setidaknya kami sudah memulai sebagai usaha untuk memantaskan diri sebagai santri, penerus perjuangan Kiai Hasyim,” tegas Kiai Roziqi.
Menurutnya, selain berharap para santri bisa memahami keabsahan amaliyyah yang ada, kegiatan penguatan materi aswaja diharapkan membuka cakrawala berfikir santri tentang kearifan bersikap dan bertindak di dalam menghadapi khilafiyyah di masyarakat.
Baginya, penting sekali menancapkan semangat menjaga ukhuwwah di tengah khilafiyyah agar tidak terlahir lagi generasi yang mudah menyalahkan, membid’ahkan, menyesatkan golongan lain yang tidak sealiran dengannya.
Selain bergerak dalam bentuk workshop, Aswaja Center Tebuireng juga menerbitkan buku ajar aswaja untuk santri Pesantren Tebuireng dan mengadakan ujian tulis aswaja secara merata seluruh Tebuireng.
“Guna menyongsong generasi penerus Ahlussunnah wal Jamaah, ASWAJA CENTER Tebuireng telah menerbitkan buku ajar aswaja mulai kelas 4 hingga kelas 12,” tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.