Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Qari‘ah Ayat 6-11:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُةٌ (٦) فَهُوَ فِي عِيْشَةٍ رَاضِيَةٍ (٧) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (٨) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (٩) وَمَا أَدْرِيكَ مَا هِيَةٌ (١٠) نَارُ حَامِيَةٌ (١١)
(6) Fa ammā man tsaqulat mawāzīnuh. (7) Fa huwa fī ‘īsyatir rādhiyah. (8) Wa ammā man khaffat mawāzīnuh. (9) Fa ummuhū hāwiyah. (10) Wa mā adrāka mā hiyah. (11) Nārun hamiyah.
Artinya, “(6) Siapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, (7) dia berada dalam kehidupan yang menyenangkan. (8) Adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, (9) tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah. (10) Tahukah kamu apakah (neraka Hawiyah) itu? (11) (la adalah) api yang sangat panas.”
Ragam Tafsir Tafsir Surat Al-Qari‘ah Ayat 6-11
Penjelasan yang lalu Allah swt telah menerangkan tentang kedahsyatan dan kengerian hari Kiamat, serta menyebutkan dua tanda-tanda kiamat yang merupakan peringatan dan ancaman keras bagi manusia.
Kemudian dalam ayat ini Allah swt menyebutkan secara umum balasan atas amal perbuatan, keadaan manusia, dan terbaginya mereka di akhirat menjadi dua kelompok sebagaimana tergambarkan dalam ayat 6-9 surat Al-Qari’ah.
Sebenarnya mayoritas mufasir dalam menjelaskan ayat 6-9 hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Berikut ini adalah rangkuman penjelasan Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya, Tafsir Marah Labid.
Kelompok pertama, orang yang kadar timbangan kebaikannya lebih berat daripada keburukannya, maka ia akan berada dalam kehidupan yang diridhai, yakni kehidupan di surga tanpa dihisab. Adapun orang yang sepadan kebaikan dan keburukannya, maka akan dihisab dengan hisab yang ringan. Penjelasan ini tergambar dalam ayat 6 dan 7.
Kelompok kedua, orang yang keburukannya lebih unggul ketimbang kebaikannya, maka kepalanya akan jatuh keneraka, yakni ia akan jatuh ke dalam neraka dengan kepala besarnya. Kemudian jika ia beriman, adakalanya ia akan disiksa sesuai kadar dosa-dosanya. Setelah itu ia dikeluarkan dari neraka dan dimasukan surga; dan adakalanya ia mendapatkan syafa’at. Jika ia seorang yang kafir, maka ia akan selamanya di neraka. Ini merupakan penjelasan dari ayat 8 dan 9. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, [Surabaya, Al-Hidayah], juz II, halaman 659).
Menurut Imam Al-Qurthubi kata “‘īsyah” adalah kata yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai macam kenikmatan yang ada di surga.
Alasan pengunaan kata “ummu” yang secara bahasa bermakna ibu, namun di sini bermakna tempat kembali. Adapun penamaan neraka Jahanam dengan nama “Hawiyah” dalam ayat 9 adalah sebagai berikut dijelaskan oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili:
وسماها أمه لأنه يأوي إليها كما يأوي الطفل إلى أمه، وسميت جهنم هاوية وهي الهالكة لأنه يهوي فيها مع عمق قعرها، ولأنها نار عتيقة
Artinya, “Dalam ayat tersebut digunakan kata “ummuhu” karena ia adalah tempat berlindung sebagaimana seorang bayi berlindung ke ibunya. Neraka Jahanam dinamakan “Hawiyah” yang berarti hancur karena orang yang memasukinya akan hancur, karena kedalamannya yang teramat sangat dan apinya yang sangat besar.”
Terkait kata “Mizan” atau timbangan yang disebutkan dalam ayat ada beragam pendapat tentang seperti apa bentuk timbangannya. Apakah alat ukur atau yang lainnya. Apa yang ditimbang. Apakah bentuk amalnya, nilai amal atau buku catatan amalnya, dan pertanyaan-pertanyaan lain semisalnya. Syekh Wahbah mengatakan:
ونحن نؤمن بالميزان كما ورد في القرآن، دون أن ندري كيفية وزنه وتقديره
Artinya, “Kita beriman dengan Mizan atau timbangan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an meskipun tidak mengetahui teknis penimbangan dan ukurannya.” (Wahbah bin Musthafa az–Zuhaili, At–Tafsir Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 378).
Walhasil, yang wajib bagi kita adalah mengimani Mizan sebagaimana disebutkan Allah dalam ayat di atas bukan membahas bagaimana sejatinya, konsep penimbangannya, dan lain sebagainya. Semuanya mungkin dan tidak ada yang tidak mampu Allah swt lakukan.
Penjelasan ayat 10 dan 11 disampaikan oleh Prof Quraish Shihab sebagai berikut:
“Dan apakah yang menjadikan engkau tahu walau engkau berusaha sekuat tenaga apakah dia itu? Yakni engkau—siapa pun engkau—tidak dapat menjangkau betapa dahsyat neraka Hawiyah itu. sekadar untuk menggambarkan sekilas sepanjang yang dapat engkau mengerti, ia adalah api yang berkobar dengan amat besar lagi sangat panas. Yakni yang tingkat kepanasannya tidak akan pernah dicapai jenis api yang lain, walaupun api yang lain itu terus menerus menyala-nyala dan selalu diisi dengan bahan bakar.” (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], volume 15, halaman 478).
Dari paparan di atas setidaknya dapat diambil dua kesimpulan dan pelajaran:
- Pada hari Kiamat manusia dibagi menjadi dua kelompok sesuai berat dan ringannya timbangan amal mereka. Orang yang kebaikannya lebih unggul daripada kejelekannya, ia akan diridhai hidup di surga. Sedangkan orang yang kejelekannya lebih unggul daripada kebaikannya, dia akan berada di neraka yang sangat panas.
- Firman Allah swt “narun hamiyah” menunjukkan bahwa seluruh api yang ada di dunia jika dibandingkan dengan api neraka tidak dianggap panas. Kadar ini sekiranya sudah cukup untuk memberikan peringatan kedahsyatan panasnya api neraka. Wallaahu a’lam.
Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma’had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.