Sumenep, NU Online
Wakil Ketua Umum (Waketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa menegaskan, NU adalah jam’iyatul islah wa taqwiyah. Artinya, NU adalah organisasi yang terus melakukan perbaikan dan penguatan terhadap kondisi umat.
Pernyataan ini disampaikan saat mengisi tausiyah pada acara peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw, Tasyakuran 1 Abad NU dan Peresmian 100 Cabang Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Nuansa Umat di aula Graha NUansa Gapura, Sumenep, Jawa Timur, Kamis (9/3/2023).
Dikatakan olehnya, sejak NU didirikan pada 100 tahun lalu, kepedulian muassis adalah bagaimana warga NU di seluruh dunia baik bidang diniyatan wa ijtimaiyyatan. Jika merujuk pada Al-Quran, kata Kiai Zulfa, ulama melanjutkan perjuangan anbiya. Tujuan Nabi Syu’aib as diutus oleh Allah ke bumi untuk memperbaiki kondisi umat agar lebih baik.
“Ketika melihat ada yang tidak bisa mengaji, ulama turun membuat mushala, madrasah, dan pesantren, lalu masyarakat diajari ngaji oleh kiai. Ketika melihat perilaku kurang baik, ulama turun memperbaiki akhlak. Jadi, kerjaan ulama sama dengan pemerintah yang mengurusi umat. Yang beda hanya bayarannya. Berkat keikhlasan ulama membimbing warga, dengan jumlah 140 juta, warga NU tetap setia dan istikamah menjaga NKRI,” ujarnya. Sontak gemuruh tepuk tangan jamaah yang menggema di aula.
Cicit Syekh Nawawi Al-Bantani itu menegaskan ulang bahwa NU tidak pernah memberontak dan melawan pemerintah. Justru lewat program-programnya, seperti koperasi, swalayan, pesantren, madrasah, rumah sakit dan lainnya, mendukung program pemerintah. Inilah yang disebut hafakatul islah.
“Selama masih ada NU, tidak ada yang bisa mengganggu dan mengancam NKRI. Hal itu tergambar dalam Mars 1 Abad NU yang digubah oleh Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri, khidmah NU untuk agama dan NKRI,” ungkapnya.
NU eksis sampai di abad kedua ini, bahkan anggotanya bertambah pesat, kata beliau, karena keberadaan dan khidmahnya dirasakan oleh masyarakat. Berbeda jauh dengan organisasi musiman yang muncul di kala musim hujan, namun di musim kemarau mati.
“Jangan bangga dengan jumlah yang banyak. Untuk memantapkan khidmah di abad kedua, teruslah menyebarkan paham Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah pada anak cucu kita, hingga pada akhirnya mereka bisa mengenalkan NU di manapun ia berpijak. Inilah yang disebut harakah islah fi ad–din wal mujtama‘,” terangnya.
Tak hanya itu, ia bangga kepada pesantren-pesantren di Madura. Menurutnya, guru-guru yang dikirim ke berbagai pelosok desa bagian dari cara menyebarkan agama.
Dijelaskan oleh Kiai Zulfa, gerakan kedua NU yang harus diperhatikan adalah harakatut taqwiyah atau gerakan penguatan. Ia mengimbau kepada pengurus NU untuk memperbaiki persoalan internal organisasi, dalam sisi manajemen, ekonomi, kesehatan, dan lainnya.
“Jika warga NU Sumenep bangga dengan kuantitas jamaah. Mari kita dukung NU dari bawah. Mulailah dari i’anah syahriyah. Jika mandiri, kita tak usah bawa proposal ke mana-mana. Pastikan hal itu tak terjadi di akar rumput. Jika kemandirian dibangun, kami yakin NU akan maju,” tandasnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Syamsul Arifin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.