Bandung, NU Online Jabar
Hasil penelitian yang dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 33 % (104,9 Juta) dari total Penduduk Indonesia rentan terhadap krisisis iklim, dan 45 % nya adalah anak-anak yang diakui sebagai salah satu kelompok paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, terutama mereka yang hidup di daerah tertinggal.
Terkait isu perubahan iklim ini, Save The Children Indonesia melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Bandung dalam rangka membuat fisibility studi untuk melihat sejauh mana dampak perubahan iklim terhadap anak, anak muda, perempuan dan kelompok penyandang Disabilitas.
Hasilnya setelah dilakukan penelitian dan dianalisa 10 desa yang berada di 3 kecamatan, yaitu Desa Mekarwangi, Desa Laksana, Desa Sudi (Kecamatan Ibun). Desa Rancaekek Wetan, Bojongloa dan Kelurahan Rancaekek Kencana (Kecamatan Rancaekek), dan Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, Desa Malakasari dan Kelurahan Andir memiliki indeks risiko paling tinggi dari ancaman perubahan iklim.
Ancaman tersebut diantaranya perubahan cuaca ekstrim yang mengakibatkan intensitas curah hujan yang tinggi dan perubahan cuaca yang anomali membuat para petani seringkali mengalami gagal panen, banjir, longsor, menurunnya kwalitas sumberdaya air. Kondisi ini apabila dibiarkan akan memberikan dampak yang lebih buruk terhadap kehidupan manusia.
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat bersama Save The Children Indonesia melakukan kolaborasi dalam program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Ilkim Berbasis Komunitas melalui pendekatan Proklim (Kampung Iklim).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap iklim bagi anak anak dan komunitas untuk mengurangi risiko dan dampak negatif dari perubahan iklim.
“Program ini secara sistematis akan memastikan membangun lingkungan yang mendukung untuk anak-anak dan agar memberikan keamanan dan perlindungan dari risiko iklim yang terjadi,” ujar Ketua LPBINU Jabar, Dadang Sudardja kepada NU Online Jabar, Selasa (4/4/2023).
Uwa Dadang, sapaan akrabnya menambahkan, usulan penyelesaian masalah perlu adanya beberapa alternatif sebagai penyelesaian dengan kegiatan di antaranya peningkatan pemanfaatan informasi Iklim dan cuaca untuk mendukung adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, meningkatkan ketahanan iklim masyarakat dan sekolah yang ditarget serta kapasitas untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, meningkatnya tata kelola adaptasi Perubahan Iklim berbasis masyarakat.
Lebih lanjut, secara keseluruhan program ini akan dirancang secara partisipatif antara LPBI NU, Save The Children Indonesia dan masyarakat dampingan sesuai dengan kebutuhan.
Dari kegiatan ini ia berharap dapat berfungsinya sistem peringatan dini, partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan, tindakan dini dan respons terhadap bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
“Kemudian adanya rencana aksi adaptasi Perubahan Iklim di masyarakat yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh entitas masyarakat termasuk otoritas desa, tokoh masyarakat, kelompok rentan dan champion lokal,” tandasnya.
Pewarta: Agung Gumelar