Kepergiatan Ramadhan adalah Keniscayaan

Kepergian Ramadhan tidak bisa dihalangi, karena hari dan bulan akan berlalu mengikuti sunnatullah dan akan berputar terus hingga waktu yang ditentukan (kiamat). 

Selagi kiamat belum datang, maka hari dan bulan (Ramadhan) akan menghampiri manusia dalam putaran berikutnya yang mungkin akan bertemu dengan orang yang sama atau dengan orang yang berbeda atau dengan keduanya.

   
Kini Bulan Ramadhan akan meninggalkan manusia seiring dengan berjalannya waktu. Di satu sisi ada yang bergembira karenanya dan di sisi lain ada yang bersedih hati karena kepergiannya. Bagi yang bergembira karena akan menyambut datangnya hari kemenangan, sedangkan yang bersedih karena merasa belum rela ditinggalkan.

   
Satu malam atau dua malam Ramadhan masih bersama kita, tentu masih ada kesempatan untuk meraih kegembiraan, rahmat dan ampunan-Nya. Rasulullah saw memberikan teladan dengan bersungguh-sungguh (beribadah) di hari-hari akhir Ramadhan.

Hadits nabi:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي العَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيرِهِ 
رواه مسلم

Artinya: 
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada 10 hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut. (HR Muslim)

Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri


https://jateng.nu.or.id/taushiyah/kepergiatan-ramadhan-adalah-keniscayaan-wNuiq

Author: Zant