Jakarta, NU Online
Di bulan Syawal bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, mayoritas santri pulang liburan ke rumah masing-masing. Mereka menikmati liburan dan memiliki aktivitas serta rutinitas berbeda dari biasanya di pesantren. Kegiatan di pesantren dengan jadwal teratur dan disiplin tinggi sesaat mereka tinggalkan berganti dengan suasana ‘santai’ dan cenderung lebih bebas.
Perubahan ini menurut pengamat masalah keluarga dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Abdul Qodir Zaelani harus disikapi dengan sungguh-sungguh oleh orang tua. Hal ini agar disiplin, rutinitas beribadah, dan karakter si buah hati tidak terpengaruh hal-hal negatif seiring dengan perkembangan zaman.
Kepada NU Online, ia memberi beberapa catatan yang bisa dilakukan orang tua dalam menghadapi kondisi ini.
1. Beri kesempatan anak beristirahat
Dalam masa liburan di rumah, orang tua bisa memberi kesempatan anak untuk istirahat. Hal ini karena ketika di pesantren banyak sekali aktivitas yang dilakukan anak.
“Biarkan anak merefresh tenaga dan pikiran. Tidak perlu dimarahi ketika anak banyak istirahat saat di rumah, namun diingatkan jika ada tugas pondok yang perlu diselesaikan ketika di rumah,” ungkap pria yang karib disapa AQZ ini, Jumat (21/4/2023).
2. Ingatkan anak jalani ibadah
Orang tua harus terus mengingatkan anak untuk menjalankan kewajiban ibadah seperti shalat. Ketika anak sedang istirahat atau tidur dan sudah datang waktu shalat, anak harus diingatkan shalat atau diajak shalat berjamaah. Begitu juga dengan kegiatan lainnya seperti mengajak anak tadarus Al-Qur’an atau mengajak anak muraja’ah pelajaran yang selama ini didapat di pesantren.
“Orang tua ikut serta dalam membentuk kebiasaan dan karakter anak. Orang tua menjadi teladan bagi anaknya,” ungkap AQZ melalui sambungan telepon.
3. Ajak anak berdiskusi
Orang tua juga harus mengajak anak berdiskusi dengan suasana santai. Hal ini bisa dilakukan sambil refreshing ke tempat wisata atau tempat yang akan membawa suasana menyenangkan.
“Ajak anak diskusi tentang berbagai hal, termasuk pesan-pesan moral atau motivasi hidup sebagai bekal anak kelak menjalankan kehidupan di masyarakat,” imbuhnya.
4. Pemantauan
Jika anak diberi kesempatan bermain gadget, orang tua harus melakukan pemantauan dengan memberi aturan atau batasan main HP, misalnya. Dengan langkah ini anak tidak terlena dengan gadget.
5. Dampingi anak
Dampingi jika anak bermain bersama teman-temannya agar pergaulan anak terpantau dan termonitor dengan baik.
6. Beri semangat anak saat kembali ke pesantren
Orang tua sangat perlu untuk memberikan semangat saat anaknya kembali ke pesantren. Pasalnya terkadang, liburan di rumah bisa melunturkan semangat anak untuk kembali ke pesantren, terlebih liburannya hanya sebentar.
“Anak merasa masih kurang waktu liburannya, sehingga malas kembali ke pondok. Tanamkan kembali pada anak, niat awal pondok dan harapan ketika lulus dari pondok,” imbaunya.
Intinya menurut AQZ, orang tua harus bisa menjalin komunikasi, komitmen, dan partisipasi dengan si buah hati. Keteladanan menjadi kunci utama dalam mendisiplinkan anak dan pembentukan karakter anak di rumah.
“Karena pembentukan karakter anak bukan hanya tugas pondok pesantren, namun juga tugas orang tua ketika anak kembali ke rumah,” tegasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.