Temanggung, NU Online Jateng
Banyak cara atau tips yang bisa dilakukan agar terhindar dari plagiasi maupun similarity dalam proses penulisan artikel ilmiah maupun tugas akhir seperti skripsi, tesis, maupun disertasi.
Dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung Hamidulloh Ibda melalui siaran pers humas Inisnu yang diterima redaksi NU Online Jateng Rabu (26/4/2023) mengatakan, salah satu tekniknya adalah melakukan parafrasa, karena hakikatnya plagiasi dan similarity itu beda tipis.
“Plagiasi itu menjiplak, mencuri tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber. Sedangkan similarity itu tingkat kesamaan tulisan kita dengan teks yang ada di sumber aslinya, baik jurnal, prosiding, buku, makalah, dan lainnya,” katanya.
Ibda yang juga reviewer di sejumlah jurnal internasional yaitu Pegem Egitim ve Ogretim Dergisi, International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din, International Journal of Social Learning, dan Reviewer Cogent Education – Taylor & Francis mengatakan hal itu dalam Tadarus Literasi Mahasiswa di aula lantai 3 kampus Inisnu Temanggung, Selasa (18/4/2023) lalu.
Menurutnya, similarity itu intinya kemiripan atau kesamaan tulisan artikel kita dengan artikel di blog, jurnal online, media online, majalah online, koran online, atau di website ketika dicek melalui aplikasi.
“Mulai dari kata, frasa, kalimat, hingga paragraf yang secara umum disebut orang atau menurut aplikasi sebagai plagiasi meski kita menyadur dan memiliki buku yang kita sadur,” katanya.
Dia menambahkan, untuk bebas dari similarity, maka harus dilakukan parafrasa. Menurut Kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary disebutkan, parafrasa merupakan cara mengekspresikan apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang lain dengan menggunakan kata-kata yang berbeda agar membuatnya lebih mudah untuk dimengerti.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V ujarnya, kalau frasa itu adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misal aku sayang. Sayang siapa tidak jelas. Sedangkan parafrasa merupakan pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian.
Dikatakan, parafrasa juga disebut sebagai penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan. Simpelnya, parafrasa adalah menulis kembali ide/gagasan penulis lain dengan menggunakan bahasa perspektif sendiri makna yang tersembunyi.
“Untuk bebas similarity ada sejumlah tips yaitu baca sumber asli dan pahami intinya, rekam sesuai pemahaman lalu ditulis, menulis dengan pemahaman sendiri jangan segelondong ditulis sama persis, baca kutipan dan menulis tanpa menulis teks aslinya, setelah ditulis, bandingkan dengan teks asli sumber kutipan. Terakhir yaitu baca berulang kali, edit, edit, edit, sampai 100 persen tidak sama perkata, frasa, dan kalimat,” terangnya.
Ibda yang pernah meraih Juara I Lomba Artikel Tingkat Nasional Kemdikbud 2018 dan Juara I Lomba Esai Tingkat Nasional Fakultas Filsafat UGM 2018 mengingatkan, jangan sampai ada niat plagiasi, jangan malas membaca, jangan buru-buru menulis dalam satu waktu, jangan mengutip dengan kutipan langsung, jangan malas membaca, menulis, mengedit, membaca, menulis, mengedit sampai bosan.
“Terakhir adalah jangan berhenti mengulangi baca-edit tulisan, dan jangan lupa endapkan,” pungkasnya. (*)