Wakil Rais Aam PBNU Kenang KH Mahrus Ali sebagai Sosok Ulama Alim nan Maju

Kediri, NU Online

KH Mahrus Ali merupakan ulama kharismatik pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri. Beliau lahir pada tahun 1906 M di Dusun Gedongan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dan wafat pada 6 Ramadhan 1405 H atau 26 Mei 1985 M.

Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Anwar Iskandar mengenang KH Mahrus Ali sebagai sosok ulama yang alim dan memiliki pemikiran maju.

“Tahun 1985, kita kehilangan seorang ulama besar, seorang ulama yang alim, yang memiliki konsistensi kepada pemikiran-pemikiran yang sangat maju,” ujarnya pada Haul ke 39 KH Mahrus Ali di Pondok Pesantren Haji Mahrus (HM) Lirboyo, Kota Kediri, Kamis (11/3/2023).

Ia menjelaskan bahwa KH Mahrus Ali selalu memikirkan tentang bagaimana seharusnya umat Islam memikirkan agama Islam, orang pesantren memikirkan pesantren, orang NU memikirkan NU, orang Indonesia memikirkan Indonesia.

“Itu konsistensi Mbah Kiai Mahrus Ali. Mbah Kiai Mahrus Ali itu di manapun, baik mauludan, rajaban, pengantinan, yang selalu dikatakan wong pesantren harus memikirkan pesantren, orang NU harus memikirkan NU, orang Islam harus memikirkan Islam, orang Indonesia harus memikirkan negaranya aman dan tentram. Memikirkan saja kata Mbah Kiai Mahrus itu sudah ibadah,” imbuh Kiai Anwar.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Kota Kediri tersebut mengatakan bahwa KH Mahrus Ali selalu mendidik santri-santrinya untuk peduli terhadap pesantren, NU, Islam, Indonesia. “Itu Mbah Kiai Mahrus, di mana saja, ngaji, itu selalu perkataannya, menggugah semangat ruhul jihad kita supaya memikirkan agama Allah. Tidak usah khawatir kata Mbah Kiai Mahrus Ali, ketika kamu memikirkan agama Allah, kamu bakal diurus oleh Allah. Itulah yang sampai sekarang kita pedomani, sehingga kita tidak pernah berhenti memikirkan agama Allah,” jelas KH Anwar Iskandar.

Kiai Anwar teringat tatkala masih menjadi santri, dipanggil oleh KH Mahrus Ali, diperintah untuk ke Batokan. Ia pun tidak berani bertanya ada apa, yang terpenting adalah manut. “Sesampainya di sana, ternyata lailatul ijtima’, seharusnya Kiai Mahrus, malah saya.  Sekarang saya sadar, itulah cara Mbah Yai Mahrus mengkader.”

“Paling sering sekali dikatakan oleh Mbah Kiai Mahrus Ali sebelum wafatnya, antara Rajab dan Ramadhan. Itu yang sering dipesankan kepada santrinya yang sudah di masyarakat, jangan sampai berhenti mengurus Nahdlatul Ulama, sampai mati jangan sampai berhenti mengurus NU, yang ikhlas. Itu antara Rajab sampai awal Sya’ban selalu begitu,” ujarnya.

Pada tahun Ramadhan 1405 H atau 26 Mei 1985 M KH Mahrus Ali wafat, kemudian yang memberikan sambutan pelepasan jenazah adalah KH Ali Maksum Krapyak.

“Saya masih ingat perkataan Mbah Kiai Ali Maksum, sederhana saja beliau berkata. Setelah bicara tentang perjuangan Mbah Kiai Mahrus, Mbah Kiai Ali Maksum berkata al-mautu babun wannasu dakhilun, mati itu seperti pintu dan semua orang pasti masuk ke dalamnya, siapa yang masuk bekalnya cukup tidak bakal repot, tetapi kalau bekalnya tidak cukup bakal repot. Itu perkataan Mbah Kiai Ali Maksum ketika mengantarkan Mbah Kiai Mahrus ke makbaroh,” pungkasnya.

Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syakir NF

Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.

https://www.nu.or.id/nasional/wakil-rais-aam-pbnu-kenang-kh-mahrus-ali-sebagai-sosok-ulama-alim-nan-maju-t2EJF

Author: Zant