Jakarta, NU Online
Prof Muhammad Quraish Shihab merupakan salah seorang habaib yang tidak pernah mau dipanggil habib. Pakar Ilmu Tafsir Al-Qur’an ini pun menekankan akhlak dan ilmu dalam membincang tentang silsilah keturunan Nabi Muhammad saw. Hal ini berdasarkan ajaran Rasulullah saw yang lebih mendahulukan akhlak dan ilmu.
“Orang boleh berbeda pendapat, apakah si A keturunan Rasulullah atau tidak. Di sini lahir yang dinamai ilmu nasab. Ingat ajaran Rasulullah, tidak perlu mengklaim, buktikan hal tersebut melalui akhlak, ilmu Anda,” jelas Prof Quraish seperti dikutip dari akun youtube Kupas Channel, Sabtu (12/5/2023).
Menurut pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) itu, perdebatan atau perbincangan tentang keturunan Rasulullah yang mengarah pada sikap saling menghina, memojokkan, merendahkan, dan hal negatif lainnya justru tidak membuat Rasulullah bangga, karena Nabi mengutamakan akhlak dan ilmu dalam perdebatan.
“Yang ingin saya sampaikan, mari kita tonjolkan akhlak kita, ilmu kita, pengabdian kita. Itulah yang menjadikan Rasulullah bangga. Orang ribut tentang apakah ini keturunan Rasulullah atau tidak, saya tidak komentar itu,” tegas Prof Quraish.
Penulis kitab Tafsir Al-Misbah ini menambahkan, masalah ahlul bait atau keturunan Rasulullah dijelaskan di surat Asy-Syura ayat 23:
ذٰلِكَ الَّذِيْ يُبَشِّرُ اللّٰهُ عِبَادَهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ وَمَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهٗ فِيْهَا حُسْنًا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ
Artinya, “Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. Katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruan-Ku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Tafsir ayat ini menurut Abdullah ibnu Abbas menyatakan, memang tidak diingkari adanya wasiat (anjuran) serta perintah untuk memperlakukan ahlul bait dengan perlakuan yang baik dan menghormati serta memuliakan mereka. Karena sesungguhnya mereka berasal dari keturunan yang suci dari ahlul bait yang paling mulia di muka bumi ini dipandang dari segi keturunan, kedudukan, dan kebanggaannya.
“Ada jaminan di dalam Al-Qur’an bahwa keturunan Rasulullah masih berlaku. Ini disepakati. Di sisi lain, ada orang yang bukan keturunan Nabi, tapi dianggap keluarga Nabi oleh Nabi,” tegas Prof Quraish.
Sebagaimana diketahui, Salman al-Farisi bukan darah daging Rasulullah saw. Ia juga bukan keturunan suku Quraisy, melainkan orang Persia. Namun, ia diakui Nabi Muhammad sebagai ahlul baitnya.
Menurut Prof Quraish, orang yang memperhatikan garis keturunan bukan hal jelek sehingga layak diapresiasi. Dengan begitu, perkembangan ilmu juga terjadi. Perhatian manusia ke garis keturunan bukan hal baru, karena bab ini juga terjadi di dunia penelitian dan riset. Seperti memperhatikan keturunan dari hewan sehingga bisa diambil sebuah kesimpulan ilmiah.
“Masyarakat, tidak hanya dari Arab, tapi juga umum sangat memperhatikan garis keturunan (nasab), bukan hanya garis keturunan manusia, tapi juga binatang. Jadi wajar apabila ada orang yang memperhatikan garis keturunan. Bobot, bebet, bibit,” tandas Prof Quraish.
Diketahui, di media sosial terjadi diskusi ilmiah antara KH Imaduddin Utsman Al-Bantani dan Ustadz Hanif Al-Athos tentang nasab. Kiai Imad dengan kajian ilmiahnya menyatakan bahwa ada nasab dari kalangan Ba Alawi yang keberadaannya tidak tercatat selama 500 tahunan. Lalu perbincangan tersebut meluas menjadi perdebatan di kalangan habaib.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.