Pada suatu hari Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang wali yang sedang duduk tepekur (berdzikir kepada Allah SWT) tanpa mempedulikan kerja untuk urusan dunianya.
Ketika itu, Ibrahim bin Adham bertanya “mengapa engkau sibuk berdzikir tanpa mempedulikan urusan duniamu (tanpa bekerja)?”, jawabnya “lihatlah burung yang ada di sana , burung itu sayapnya patah, dan sebentar lagi Allah akan mengutus seekor burung dengan membawa makanan untuknya”.
Lalu Ibrahim bin Adham menyergah “mengapa engkau lebih suka menjadi burung yang patah sayapnya yang selalu berharap / menerima pemberian dari burung lain dan tidak ingin menjadi burung yang suka memberi (bermanfaat bagi yang lain)?, bukankah Rasulullah Saw bersabda tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى. فَالْيَدُ الْعُلْيَا هِيَ الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى هِيَ السَّائِلَةُ.
Artinya:
Dari Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi (mengeluarkan infaq) sedangkan tangan yang di bawah adalah yang meminta. (HR Bukhari)
Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
https://jateng.nu.or.id/taushiyah/mengapa-lebih-suka-jadi-burung-yang-patah-sayapnya-vRBzk