NU Muhammadiyah Kompak Tolak Politik Identias

Jakarta, NU Online Jateng
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof H Haedar Nashir beserta jajaran bersilaturahim ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (25/5/2023). 

Rombongan PP Muhammadiyah diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf yang didampingi Wakil Ketua Umum H Amin Said Husni, Sekretaris Jenderal H Saifullah Yusuf, serta Wakil Sekretaris Jenderal Najib Azca, Suleman Tanjung, dan Imron Rosyadi Hamid.  

Sementara Prof Haedar Nashir didampingi Sekretaris Umum Prof H Abdul Mu’ti, Bendahara Umum Hilman Latief, jajaran Ketua Prof Anwar Abbas, Saad Ibrahim, dan Agus Taufiqurrahman, serta jajaran Sekretaris Izzul Muslimin dan M Sayuti. 

Setelah melangsungkan pertemuan, para pimpinan kedua ormas Islam terbesar di Indonesia ini membuat pernyataan bersama. Keduanya sepakat untuk mengedepankan kepemimpinan moral dalam menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang. 

Menurut Gus Yahya, kepemimpinan moral sangat diperlukan dalam politik agar para politisi tak hanya mengedepankan kepentingan-kepentingan pragmatis.  “Dalam politik ini perlu ada kepemimpinan moral supaya tidak disetir dengan kepentingan-kepentingan pragmatis,” kata Gus Yahya sebagaimana dilansir dari laman nu.or.id.

Disampaikan, ke depan PBNU dan Muhammadiyah akan melanjutkan diskusi-diskusi untuk menindaklanjuti pertemuan di PBNU. Gus Yahya berharap bisa membangun strategi bersama agar bisa berpengaruh atas berbagai macam isu yang berkembang. 

“Nanti kedua belah pihak (PBNU dan Muhammadiyah) akan terus melanjutkan diskusi-diskusi ini. Karena kalau soal komunikasi langsung sudah biasa, tapi kita ingin bersama-sama mencari strategi untuk menciptakan momentum, mudah-mudahan bisa berpengaruh,” kata Gus Yahya. 

Selain isu politik, PBNU dan Muhammadiyah juga akan menjalin kerja sama dalam membangun strategi ekonomi yang lebih berkeadilan. Gus Yahya mengakui, pihaknya akan belajar dari Muhammadiyah tentang kerja-kerja administrasi organisasi dan pelayanan terhadap umat.  

“Saya kira, ini akan menjadi ladang khidmah yang sangat subur bagi NU dan Muhammadiyah. Kami berterima kasih sekali. Mudah-mudahan ini menjadi kunjungan yang berkah,” harap Gus Yahya. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof H Haedar Nashir menjelaskan, kepemimpinan moral diharapkan untuk menjadikan Pemilu 2024 lebih bermartabat. Kepemimpinan moral itu jelasnya, melahirkan arah dan visi kebangsaan yang jelas sehingga kontestasi politik tak hanya berupa ajang mencapai kekuasaan semata.  

“Tapi ada visi kebangsaan apa yang mau dibawa, diwujudkan yang berangkat dari fondasi yang diletakkan para pendiri bangsa,” terangnya.

Dikatakan, kepemimpinan moral yang disepakati itu diharapkan mampu menyetir kontestasi politik menjadi lebih baik. Siapa pun pemimpin negeri ini yang terpilih, maka dia akan menjadi satu kepemimpinan yang sadar atas perilaku baik dan buruk. 

“Kami sebagai kekuatan keagamaan kemasyarakatan yang non-politik praktis punya panggilan moral, hadir tanpa merasa paling benar sendiri,” pungkasnya (*)


https://jateng.nu.or.id/nasional/nu-muhammadiyah-kompak-tolak-politik-identias-xhAQa

Author: Zant