Sumenep, NU Online
Polemik reklamasi laut di Kampung Tapakerbau Dusun Gersik Putih Barat, Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Sumenep, Jawa Timur, belum menemukan titik terang. Menyikapi hal tersebut, warga NU setempat menggelar Istighotsah Kubra di Masjid Zainal Abidin dan menghadirkan sejumlah ulama khas.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH A Pandji Taufiq mengutarakan, istighotsah ini digelar merupakan bentuk doa agar kampung Tapakerbau diberikan keselamatan oleh Allah swt.
Menurutnya, polemik ini bukan konflik, tetapi ketidakpahaman tentang keberlangsungan hidup. Selain itu, polemik ini terjadi karena kekeringan persaudaraan, ibarat nasi yang kering. Padahal, kelak saat wafa yang dipikul bukanlah nasi, melainkan warga yang akan memikul keranda.
“Kita ini bersaudara dan sehati. Sebagaimana di dalam hadits, al-mu’minu lil mu’mini kalbunyani yasyuddu ba’dhuhu ba’dha. Kehadiran kami ke sini atas nama pribadi, karena kami prihatin terhadap kemelut yang tak kunjung selesai. Semoga persoalan ini selesai, karena kita bersaudara dan sehati,” ujarnya kepada NU Online, Ahad (28/5/2023).
Di tempat yang berbeda, Ketua RT/RW: 001/001 Ahcmad Shiddiq menegaskan persoalan tersebut sampai detik ini belum menemukan titik temu. Pihaknya telah mengirimkan surat pada pemerintah desa, kecamatan, hingga bupati, akan tetapi belum juga menumukan penyelesaian.
“Setelah melakukan demonstrasi di depan kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumenep, alhamdulillah mereka turun ke lapangan. Namun belum menemukan jawaban yang jelas,” ungkapnya usai mengikuti istighotsah.
Pria yang diamanahi sebagai Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Sumenep ini berharap pada bupati untuk memberikan jalan dalam menyelesaikan polemik ini.
“Bupati adalah orang tua warga Tapakerbau. Penolakan ini demi warga yang bergantung nasib pada laut. Sisakanlah lahan ini untuk menyambung hidup warga,” harapnya.
Diketahui, sejumlah ulama khas mengisi tandatangan sebagai bentuk penolakan reklamasi laut, kemudian dipajang di tepi laut.
Ulama khas yang hadir antara lain, Mustasyar PCNU Sumenep KH Thaifur Ali Wafa, Rais PCNU KH Hafidzi Syarbini, Ketua PCNU, Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura, Rais MWCNU Dungkek, sejumlah tokoh masyarakat, warga setempat dan aktivis lingkungan.
Sebelumnya diberitakan warga NU di Kampung Tapakerbau Dusun Gersik Putih Barat, Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur turun ke laut untuk melawan dan menghentikan pekerja tambak garam yang diwacanakan oleh pemerintah desa bersama investor pada Sabtu (20/5/2023).
Ketua Gerakan Masyarakat Tolak Reklamasi (Gema Aksi) Moh Amirul Mukminin menjelaskan, dampak dari pembangunan tambak garam adalah mata pencaharian masyarakat di Desa Gersik Putih akan hilang. Bahkan desa lainnya akan mengalami dampaknya, antara lain Desa Andulang Kecamatan Gapura, Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura, Desa Aeng Merra Kecamatan Batuputih, Desa Tamidung Kecamatan Batang-Batang, Desa Kalianget Kecamatan Kalianget.
Hal yang dikhawatirkan adalah Kampung Tapakerbau akan tenggelam. Dilaporkan, biasanya air masuk ke rumah warga itu 6 bulan sekali saat bulan Purnama. Namun, saat ini tiap bulan purnama warga diterjang banjir rob.
“Ekosistem di kampung kami kaya kepiting bakau, kerang dan rajungan. Bila air pasang, tempat menjaring atau menjala ikan, serta 1 hektar lebih hutan bakau, pastinya akan rusak bila reklamasi kawasan laut itu dibangun tambak garam,” ujarnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.