Sukoharjo, NU Online Jateng
Pada tahun 2021 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta berganti status dan nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas (RM) Said Surakarta berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 tanggal 11 Mei 2021.
RM Said adalah seorang pendiri Kadipaten Mangkunegaran yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegaran I. Tokoh yang berjuluk Pangeran Sambernyawa tersebut juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan para penjajah. Hal inilah yang kemudian membuatnya diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Nama besar dan semangat perjuangan Raden Mas Said itulah, yang kemudian menjadi inspirasi dalam pemberian nama kampus UIN RM Said Surakarta. Hal tersebut ditegaskan Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof Dr H Toto Suharto terkait nilai-nilai perjuangan yang diambil dari sosok Raden Mas Said. “Raden Mas Said dikenal dengan Tri Dharma perjuangannya: Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, dan Wajib melu Hangkrukebi,” ujarnya, kepada NU Online Jateng, Ahad (17/12/2023).
Dijelaskan makna dari Tri Dharma tersebut, Mulat Sarira Hangrasa Wani artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi hambatan yang menghalangi perbaikan diri. Kemudian Rumangsa Melu Handarbeni memiliki makna ikut merasa memiliki, dan terakhir Wajib melu Hangkrukebi yang berarti semua pihak wajib ikut berjuang dalam menjaga dan mempertahankan wilayah apabila diserang musuh.
Selain nilai-nilai perjuangan tersebut, menurut Prof Toto, penyematan nama Raden Mas Said menjadi nama universitas, juga tidak lepas dari sejumlah alasan berikut ini. “Pertama, Raden Mas Said merupakan tokoh yang dikenal sebagai pejuang yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini, sehingga ia kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional,” ujarnya.
Kemudian alasan yang kedua, dalam Serat Babad Panambangan dikisahkan tentang masa kecil Raden Mas Said di Keraton Kartasura, sama dengan lokasi kampus UIN Surakarta saat ini. Ketiga, sejarawan Peter Carey menyebutkan bahwa Mangkunegara memiliki pasukan istri yang ikut berjuang dan dipimpin oleh istri Raden Mas Said yang menjadi bukti secara historis Raden Mas Said memiliki kepedulian terhadap martabat perempuan.
“Lalu, yang keempat, di Mangkunegaran ada Masjid Al-Wustho yang menjadi simbol cikal bakal masyarakat Islam sudah dibangun di kadipaten ini melalui peradaban masjid. Terakhir, menurut catatan Ricklefs, Raden Mas Said memiliki watak keberislaman yang moderat,” imbuhnya.
Watak Moderat
Alasan terakhir yang disebutkan, yakni watak keberislaman yang moderat pada akhirnya ikut diimplementasikan dalam karakter civitas UIN RM Said Surakarta. Selain diimplementasikan dalam kurikulum akademik, juga dibentuk beberapa program untuk mempertegas praktik moderasi beragama di UIN RM Said Surakarta.
Program yang pertama yakni ‘Rumah Moderasi Beragama.’ Program ini merupakan amanat presiden yang tertuang dalam Perpres No 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024. Di UIN Raden Mas Said sendiri, Rumah Moderasi Beragama sudah berdiri sejak 2021 dengan acuan SK Rektor No 172 Tahun 2021.
Kepala Rumah Moderasi Beragama UIN RM Said Surakarta Fuad Hasyim menerangkan, pada umumnya, Rumah Moderasi Beragama didirikan sebagai respons terhadap meningkatnya konflik dan ketegangan antar kelompok berbasis agama atau keyakinan.
“Latar belakang pendirian Rumah Moderasi Beragama didorong keinginan untuk mempromosikan dialog antarumat beragama, membangun pemahaman saling menghargai, dan menciptakan suasana toleransi yang lebih baik di Masyarakat,” kata Fuad Hasyim, saat dihubungi NU Online Jateng, Sabtu (16/12/2023).
Ditambahkan, Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan yang membangun kerukunan, mendukung keragaman, mengurangi konflik berbasis agama, dan membangun kedamaian serta toleransi di antara masyarakat yang berbeda agama bahkan aliran beragama dalam satu agama.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diselenggarakan sejumlah kegiatan, antara lain Workshop Moderasi Beragama, Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Berbasis Moderasi Beragama, Riset Moderasi Beragama, dan lain sebagainya. “Pernah pula kami mengadakan kegiatan dialog atau seminar, yang mengundang dari berbagai tokoh agama,” ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN RM Said Surakarta tersebut.
Menurutnya, kegiatan dialog antaragama dan semacamnya ini menjadi penting, untuk menumbuhkan kesadaran para mahasiswa. Kesadaran akan pentingnya dialog dan diskusi antarumat beragama dalam upaya mencapai pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan persamaan antar keyakinan agama.
Islam Santun
Selain Rumah Moderasi Beragama, di UIN RM Said Surakarta juga dibentuk Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara (PPMPIN) yang didirikan pada tahun 2017 (kala itu masih bernama PKPPN. Salah satu pendiri PPMPIN Zainal Anwar menjelaskan, kala itu ia membentuk bersama sejumlah koleganya yang memiliki latar belakang pesantren serta memiliki perhatian khusus terhadap kajian yang berkaitan dengan internalisasi dan transformasi nilai-nilai pesantren menjadi ruh di perguruan tinggi.
“Sehingga diperlukan wadah untuk mengumpulkan orang dengan latar belakang pesantren untuk melakukan berbagai kegiatan yang memajukan dan melakukan pengkajian nilai-nilai pesantren sehingga dapat menjadi ruh di perguruan tinggi,” kata Zainal, Ahad (17/12/2023).
Pada mulanya para pendiri PPMPIN memikirkan bagaimana pesantren dan perguruan tinggi menjadi dua institusi yang menjadi wajah sekaligus menampilkan ciri bagaimana Islam menjadi agama yang indah. Di Solo sendiri masih banyak ditemukan gerakan baik secara pribadi maupun berkelompok yang radikal dan ektrimisme. Hal ini yang perlu dicegah dengan melewati nilai pesantren seperti tawasuth, tasamuh, dan toleran. Sehingga dengan adanya wadah tersebut para pendiri PPMPIN dapat berkumpul, bergerak dengan gerakan-gerakan seperti Islam santun dan toleran.
Gerakan Islam santun dan toleran muncul untuk mengingatkan kembali mengenai keragaman, dan memperkuat bahwa keragaman merupakan bagian dari bangsa Indonesia. Sehingga keragaman ini perlu dipahami dengan benar, diterima secara baik dengan proporsional, bukan berarti keragaman yang ada bukan untuk disamakan/diseragamkan. Tetapi bagaimana keragaman dapat hidup berdampingan bersam-sama secara damai. Kemudian dibingkai dengan kata-kata santun.
“Substansi dan implementasi moderasi bukan hanya konsep atau cara pandang tetapi sebuah gerakan yang dipraktikkan untuk melakukan prilaku dan tindakan yang diejawantahkan sebagai bagian kehidupan sehari-hari yang menjauhi kekerasan dalam bentuk apapun. Sehingga kata-kata yang dianggap pas untuk wilayah Soloraya yaitu Islam santun,” ujar Zainal.
Pada Januari 2021 Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) bertransformasi menjadi Pusat Pengkajian Masyarakat Dan Pendidikan Islam Nusantara (PPM-PIN). Hal tersebut dilakukan untuk memperluas peran, kontribusi dan jaringan. Perubahan nama dalam rangka memperluas jangkauan area keilmuan (skop kajian penelitian/perluasan mandat), sehingga memberikan kotribusi manfaat kepada masyarakat secara umum tradisi pendidikan Islam nusantara.
Untuk memperluas jangkauan, PKPPN bisa membuat website dengan nama islamsantun.org pada tahun 2019 dengan melihat potensi anggota dalam keahlian menulis yang kuat dan sebagai wadah dalam mengkampanyekan moderasi beragama secara digital. Selain itu PKPPN juga bergabung dalam sindikat media Islam yaitu sekumpulan media Islam se-Indonesia yang membahas isu-isu sosial, saling membantu dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, media-media tersebut antara lain seperti NU Online, dan lain sebagainya.
Penulis: Ajie Najmuddin