Batang, NU Online Jateng
Selain perbukitan yang asri dengan udara yang sejuk dan pemandangan yang menyegarkan, Kabupaten Batang juga memiliki beberapa pantai yang indah. Salah satunya adalah Pantai Kuripan terletak di Desa Kuripan Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Suasana Pantai Kuripan yang tenang dan angin yang berhembus sepoi berbanding lurus dengan kehidupan umat beragama di sana yang rukun dan damai. Dalam perjalanan menuju Pantai Kuripan, selain melewati hutan Alas Roban yang rimbun dengan pohon jati berjejer meneduhkan, melewati bangunan Gereja Katolik dan Mushala hanya berjarak beberapa meter saja terletak di RT 5 Dusun Kuripan Desa Kuripan.
“Selama ini kehidupan kami di Kuripan harmonis dan damai, kendati ada yang beragama Islam dan ada yang beragama Katolik,” ujar Sekretaris Desa Kuripan Hartono yang beragama Katolik, di Balai Desa Kuripan pada Selasa (19/12/2023).
Desa yang dilewati rel kereta api ini memang memiliki masyarakat yang heterogen. Desa terdiri dari tiga dusun yakni Dusun Kuripan, Krajan, dan Karangsari mayoritas masyarakatnya beragama Islam dan sekitar 65 jiwa memeluk agama Katolik. Di Desa Kuripan, baik yang beragama Islam maupun Katolik biasa saling bekerja sama dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
“Seperti ketika acara peringatan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan 17 Agustus 1945, kita semua berperan dan saling bekerja sama satu sama lain. Begitu pula seperti saat kerja bakti,” terang Hartono yang juga Stasi (pimpinan paling bawah, red) Geraja Katolik di Kuripan.
Desa Sadar Kerukunan
Lantaran kerukunan antar-umat beragama dan kehidupan harmonis antar-masyarakat yang berbeda di Desa Kuripan, dua tahun lalu (13/12/2021) Desa Kuripan yang merupakan salah satu dari tujuh belas desa di Kecamatan Subah dicanangkan sebagai ‘Desa Sadar Kerukunan’ yang diresmikan oleh Bupati Batang H Wihaji dan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah H Musta’in Ahmad.
“Warga Desa Kuripan memiliki kerukunan yang bagus. Ada keteladanan para tokoh agamanya di bidang kerukunan. Juga pemerintah desanya beragam latar belakang agamanya. Termasuk kepatuhan warganya. Ini yang menjadi landasan kami mengusulkan Desa Kuripan sebagai Desa Sadar Kerukunan” terang Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Batang M Subkhi pada Selasa (19/12/2023).
Di Desa Kuripan, tidak hanya masyarakatnya yang heterogen, yang menjabat sebagai perangkat desa juga tidak hanya yang beragama Islam, tapi juga ada yang beragama Katolik seperti Hartono, Stasi Gereja Katolik Desa Kuripan yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa.
Oleh karena itu, menurut Hartono, pencanangan Desa Kuripan sebagai Desa Sadar Kerukunan bukan hanya slogan, tapi memang berdasarkan fakta. “Kehidupan antar-pemeluk agama yang sudah berlangsung puluhan tahun bisa hidup berdampingan anatara muslim dengan non muslim menjadikan Desa Kuripan tidak pernah ada gejolak atau konflik. Jadi bukan hanya slogan, tapi realita dan faktanya kami di desa ini hidup secara damai, aman dan tenteram,” terang Hartono.
Kerukunan dan saling kerja sama antar-umat beragama sesama warga Desa Kuripan juga diakui oleh tokoh agama Islam (Modin) Desa Kuripan Achmad Tumudzi. Salah satu bentuk kerja sama dan tolong menolong itu kata Turmudzi, adalah bersama-sama mengurus jenazah warga yang meninggal dunia.
“Di desa ini, kalau ada orang meninggal, semuanya ikut membantu. Ketika yang meninggal warga yang beragama Islam, warga yang beragama Katolik turut membantu menggali kubur. Begitu juga sebaliknya, ketika ada warga Katolik meninggal, kita yang beragama Islam juga ikut membantu,” ucap Turmudzi yang juga menjabat sebagai Kasi Pelayanan Desa Kuripan.
Saling Menghormati
Salah satu kunci terjaganya kerukunan umat beragama adalah adanya sikap saling menghormati satu sama lain. Tanpa sikap saling menghormati, maka kerukunan masyarakat yang berbeda keyakinan bisa terkoyak. Sikap saling menghormati antar-umat beragama tampak dalam relasi kehidupan warga Desa Kuripan yang tidak hanya beraga Islam, tapi juga ada yang beragama Katolik.
“Setiap Ahad sore, kita warga Kuripan yang beragama Katolik ke gereja melakukan misa. Mulai jam 4 sore hingga Magrib. Warga yang beragama Islam mengecilkan volume speaker mushala yang memang letaknya hanya berjarak beberapa meter,” jelas Hartono, menceritakan keharmonisan antara umat beragama di Desa Kuripan yang saling menghormati satu sama lain.
Sebaliknya, ketika bulan Ramadhan kata Hartono, warga yang beragama Katolik juga menghormati warga yang beragama Islam. “Kami perangkat yang beragama Katolik ikut puasa, tidak minum dan tidak makan ketika berada di Balai Desa, walaupun ketika sampai rumah kami makan dan minum,” terang Hartono sambil tertawa bersama dengan Achmad Turmudzi.
Menurut dua tokoh agama di Desa Kuripan ini yakni Achmad Turmudzi dan Hartono, kerukunan umat beragama merupakan hal yang penting untuk dijaga dan dilestarikan supaya masyarakat bisa hidup aman dan tenteram.
“Negara kuat dan bisa maju, pertama dari kerukunan umat beragamanya. Bagaimana negara mau maju kalau masyarakatnya terpecah belah dan berkonflik,” imbuh Hartono.
Beberapa bulan lalu, sebagai kelanjutan dari pencanangan Desa Sadar Kurukunan, Desa Kuripan terpilih sebagai rintisan Kampung Moderasi Beragama (KMB) yang sosialisasi dan peluncurannya digelar oleh Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kabupaten Batang pada Kamis (13/7/2023).
Menurut Ketua FKUB Kabupaten Batang, kerukunan umat beragama di Kabupaten Batang terbilang kondusif. “Rukun, di Batang antarumat beragama rukun. Kendati demikian tetap harus terus dibina untuk mewujudkan kerukunan berkualitas,” jelas M Subkhi.
FKUB bersama Kemenag Batang berupaya menjaga kerukunan umat beragama, supaya tetap aman tentram. “Kami terus melakukan kampanye kerukunan dengan sosialisasi moderasi beragama dan mendorang tumbuhnya sikap toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat Kabupaten Batang termasuk heterogen. Enam agama ada semua di Batang semua ada di FKUB dan semuanya rukun dan guyub,” pungkasnya.
Kontributor: Zaim Ahya