Man Jadda Wajada: Sebuah Motivasi untuk Giat Belajar

Habib Zein bin Ibrahim bin Smith ialah ulama besar asal Betawi. Ia menulis sebuah kitab tipis setebal 22 halaman berjudul Man Jadda Wajada. Di dalamnya memuat beberapa bab, yaitu: Muqaddimah, Keutamaan Ilmu dan Ahlinya, Ilmu Diperoleh dengan Sunggu-sungguh, Perjalanan Mencari Ilmu, Keutamaan Mencatat Ilmu dan Menulis Kitab, dan Perjuangan Ulama Salaf untuk Mendapatkan Ilmu.

 

Kitab ini sangat direkomendasikan untuk dibaca oleh kalangan santri maupun pelajar. Sebab selain isinya yang tidak terlalu tebal sehingga hanya membutuhkan beberapa menit untuk selesai membacanya, kitab ini juga memuat motivasi belajar disertai analogi-analogi yang tepat untuk menggambarkan suatu permasalahan dalam dunia belajar.

 

Di dalam kitab ini juga dikisahkan perjuangan-perjuangan para ulama salaf yang mampu membuka isi hati dan pikiran betapa kerasnya perjuangan untuk mendapatkan sesuatu, terutama ilmu pengetahuan.

 

Sekilas tentang Habib Zein bin Smit

Habib Zein bin Ibrahim bin Smith lahir di Jakarta pada tahun 1357 H/1936 M. Ia lahir dari keluarga dan lingkungan religious, membuatnya semakin tekun dan ekstra dalam mendalami ilmu agama.

 

Pendidikan pertama didapatkan dari orang tuanya, termasuk penekanan tentang akhlak. Selain itu, Habib Zein bin Smith juga mengikuti majelis pengajian yang diadakan tiap Ahad pagi oleh Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Kwitang, Jakarta Pusat.

 

Memasuki usia 14 tahun (1950 M), Habib Zein bin Smith diberangkatkan oleh ayahnya ke Tarim, Hadramaut untuk melanjutkan menimba ilmu agama lebih dalam. Puluhan tahun Habib Zein bin Smith belajar di sana.

 

Tak hanya di Hadramaut, ia juga belajar berpindah-pindah tempat untuk terus mengasah pengetahuannya, di sela-sela waktunya sebagai pengajar. Di usianya yang semakin bertambah tidak menyurutkan tekadnya untuk selalu belajar dan belajar.

 

Banyak sekali karya yang ditulis dan bisa dipelajari umat Muslim. Seperti Al-Manhaj as-Sawiy, Syarh Ushul Thariqah as-Sadah al-Ba’Alawi, Hidayah ath-Thalibin Fi Bayan Muhimmat ad-Din, Al-Ajwibah al-Ghaliyah Fi ‘Aqidah al-Firqah an-Najiyah, Al-Futuhat ‘Aliyyah Fi al-Khutbah al-Mimbariyyah, Fatawa al-Fiqhiyah, dan masih banyak lagi.

 

Man Jadda Wajada

Ada sebuah analogi yang dipaparkan oleh Habib Zein bin Ibrahim bin Smith dalam kitab ini dengan mengutip dari Fathu al-Musholli, ia berkata: “bukankah orang yang sakit ketika tidak makan, tidak minum, tidak berobat maka dia akan mati? Ya, tentu. Begitu juga hati, ketika tidak mendapat asupan hikmah dan ilmu selama 3 hari maka hatinya akan mati”.

 

Habib Zein juga mengutip sebuah doa yang sangat populer di kalangan umat Islam. Namun tak banyak orang yang tahu apa makna dari sebuah doa tersebut. Doa tersebut ialah:

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

Artinya: “Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.”

 

Imam Hasan al-Bashry berpendapat (dikutip juga oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin) tentang apa maksud dari “kebaikan” (hasanah) dalam doa Sapu Jagat tersebut. Menurutnya, maksud dari “kebaikan” di dunia adalah ilmu dan ibadah. Sedangkan yang dimaksud “kebaikan” di akhirat adalah surga.

 

Artinya, umat manusia memohon kepada Allah SWT agar diberikan ilmu dan kekuatan beribadah. Dengan begitu sudah bisa beribadah sesuai dengan ilmunya, tentunya di akhirat kelak akan diberikan surga sebagai balasannya.

 

Hal yang perlu digaris bawahi adalah ibadah yang didasari ilmu sehingga ibadahnya berkualitas. Agar ibadah berkualitas maka tidak mungkin lepas dari ilmu-ilmu ibadah tersebut. Saat melakukan ibadah, hendaknya tahu mana tindakan yang berupa syarat, rukun, fardhu, sunah, haram dan yang membatalkan. Sebab ibadah tanpa didasari ilmu maka amalnya akan ditolak.

 

Semakin mulia sesuatu yang kita dapatkan semakin susah pula usaha untuk mendapatkannya. Atau dalam bahasa Jawa kita kenal “sepiro gede usahamu semogo ugo hasilmu”. Dalam bahasa Arab juga dikenal sebuah pepatah yang berbunyi:

 

مَنْ جَدَّ وَجَدَ

 

Artinya: “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan berhasil”

 

Man Jadda Wajada adalah sebuah slogan yang memotivasi siapapun orang yang sedang berjuang untuk mendapatkan sesuatu tidak hanya ilmu. Karena suatu hal tidak akan didapat dengan mudah tanpa perjuangan yang keras. Ibarat nasi yang kita makan sehari-hari. Berbagai proses pengolahan yang tidak mudah harus dilalui. Mulai dari mengolah tanah sehingga bisa ditanami, ditanami bibit, dirawat, dialiri air, diberi pupuk sampai menunggu berbulan-bulan untuk tiba di masa siap panen.

 

Proses setelahnya harus menjemur padi yang sudah dipanen agar bisa digiling dan menjadi beras, kemudian baru bisa dimasak. Semua itu tentunya tidaklah mudah, butuh usaha bahkan biaya. Oleh sebab itu apa yang kita panen hari ini tidak ditanam kemarin sore.

 

Habib Zein bin Smith juga mengisahkan beberapa kisah perjuangan ulama salaf dalam menuntut ilmu. Diceritakan bahwa Syeikh Abu Ishaq as-Syirazi mengulangi pelajaran sebanyak 1.000 kali. Sedangkan Sayyid Ahmad bin Zain al-Habsyi sebanyak 25 kali.

 

Dan masih banyak lagi kisah-kisah yang dikutip oleh Habib Zein bin Smith dalam kitabnya Man Jadda Wajada tentang perjuangan para ulama salaf dalam mengarungi samudra keilmuan yang begitu luas tiada habisnya. Wallahu a’lam bish shawab.

 

Identitas Kitab:

Judul Kitab: Man Jadda Wajada
Penulis: Habib Zein bin Ibrahim bin Smith
Penerbit: Maktabah Darul Karim (Kediri-Indonesia)
Tebal: 22 halaman
Peresensi: Luthfil Khakim, kelahiran Purworejo 24 Desember 2000.


https://jatim.nu.or.id/pustaka/man-jadda-wajada-sebuah-motivasi-untuk-giat-belajar-t2YbK

Author: Zant