Di bulan Februari 2024 tepatnya hari Rabu Manis,14 Februari 2024 Bangsa Indonesia akan menghadapi hajatan besar pesta demokrasi yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu pemilihan presiden, wakil residen, DPR, DPRD, dan DPD. Pesta adalah suatu keadaan yang ceria, menggembirakan, menghilangkan beban dan sejenak melupakan berbagai masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pesta adalah perjamuan makan minum (bersuka ria dan sebagainya); perayaan. Masih dalam KBBI pesta kritik bermakna perayaan untuk bebas mengkritik suatu masalah yang berkaitan dengan (politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya).
Dalam Islam, istilah pesta kita kenal dengan istilah lain seperti walimatul ursy, walimatul aqiqah, walimatul khitan, dan lain-lain, yang intinya adalah tempat kita berbagi, saling berbagi untuk bahagia bersama, atau berbagi kebahagiaan. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan pesta demokrasi?, apakah kita harus tetap gembira, ceria, atau palah sebaliknya?
Kenyataan yang terjadi, pesta demokrasi akan menjadi momen perpecahan dan terputusnya silaturahim antar-saudara jika kita tidak bisa menyikapi makna pesta dan demokrasi secara dewasa dan sehat. Teman ngopi bisa berubah menjadi teman debat dan menimbulkan perenggangan dalam berkawan, rumah yang tadinya sejuk berubah menjadi panas, karena suami istri berbeda dalam menentukan pilihan.
Lantas bagaimana sikap kita dalam menghadapi tahun-tahun politik seperti ini?,
Mengutip pesan Mustasyar Pengurus besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), jangan sampai perbedaan pilihan yang lima tahun sekali merusak pernikahan yang sudah dibangun puluhan tahun. Begitu juga pemilu tersebut tidak boleh merenggut persaudaraan dan memutus silaturahim, dikutip dari nu.or.id, Kamis (25/01/2024)
Dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat : 82 Allah SWT berfirman “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, jadilah! Maka jadilah sesuatu itu”. Ayat tersebut menunjukkan Allah SWT sangat kuasa, dapat melakukan apapun sesuai dengan kehendak-Nya. Lalu bagaimana Allah SWT menciptakan bumi yang di dalamnya berisi keragaman, menciptakan pohon, ada banyak macam jenis tidak hanya ratusan bahkan ribuan atau jutaan jenis pohon. Termasuk dalam pilihan presiden dan wakil presiden, kenapa tidak satu pasangan calon saja, agar tidak terjadi perbedaan pilihan, tidak terjadi perpecahan antar-teman dan keluarga.
Kalau kita mau merenung, inilah yang dinamakan sunatullah, dengan adanya perbedaan, maka dunia ini akan tampak indah, tampak berwarna dan tidak monoton. Bagaimana jadinya jika dunia ini hanya ada satu warna, atau dua warna saja, warna hitam dan putih misalnya. Tentu dunia akan terasa jadul, seperti kembali ke tahun 1980-an dengan televisi yang hanya memiliki dua warna, yaitu hitam dan putih. Tentu akan terasa lebih menarik dan menyenangkan dan tampak lebih indah jika kita melihat banyak warna.
Dalam ayat yang lain, Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat : 13 Allah SWT berfirman “… Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. …“, ayat ini juga menjelaskan tentang perbedaan, jadi sekali lagi perpedaan adalah suatu sunatulloh, yaitu suatu hal yang tidak mungkin kita hindari. Jadi tugas kita sebagai manusia adalah bagaimana kita menjaga perbedaan menjadi persatuan, perbedaan menjadi kerukunan, bukan sebaliknya, yaitu menjadi perpecahan dan permusuhan.
Apalagi konteks kita saat ini adalah pesta demokrasi, maka harus kita sambut dengan Bahagia, dengan riang gembira dan jangan termakan oleh isu-isu yang tidak benar yang mengakibatkan konflik dan ketegangan yang mencederai pesta demokrasi kita pada tahun ini. Semoga Allah SWT menurunkan rahmatnya dan pada Pemilu tahun ini semakin mempererat persaudaraan dan kerukunan, sehingga tercipta pemimpin-pemimpin yang amanah untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Wallahu a’lam bis shawab
Sechudin, Wakil Katib Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara
https://jateng.nu.or.id/opini/pesta-demokrasi-perbedaan-adalah-keindahan-f7JyI