Surabaya, NU Online Jatim
Pondok Pesantren Al-Anwar 1 Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah akan meluncurkan film yang mengisahkan perjuangan seorang santri menuju 1002. Film yang berjudul Estu Mempeng akan dirilis secara lengkap pada tanggal 18 Februari 2024.
Koordinator Media Al-Anwar 1 Sarang, Izzul Milla Naufal menjelaskan, ‘Estu’ memiliki banyak makna, salah satunya merupakan kata dasar dari ‘pangestu’ yang dapat diartikan sebagai restu, baik dari orang tua maupun guru yang memberikan arah dan dukungan dalam perjalanan spiritual.
“Restu merupakan hal yang penting dalam perjalanan spiritual seorang muslim, seperti dawuh Nabi Muhammad SAW, ridha Allah berada di ridha kedua orang tua dan murka Allah berada di murka kedua orang tua,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Jumat (16/02/2024).
Sedangkan ‘Mempeng’ mencerminkan tekad, usaha dan ketekunan tokoh utama dalam menjalani wadhifah dan menghadapi setiap ujian dan cobaan. Filosofi dari kata ‘Estu Mempeng’, menggarisbawahi pentingnya restu dan kesungguhan dalam mencapai tujuan spiritual.
Restu dari orang tua dan guru menjadi landasan moral dan spiritual bagi tokoh utama, sementara tekad dan ketekunan yang kuat memungkinkannya melewati berbagai ujian yang menghadang dalam proses hafalan Alfiyah Ibn Malik.
Secara khusus, lanjutnya, film dibuat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pondok pesantren memiliki kurikulum yang mengharuskan para santri untuk menghafal berbagai kitab nadham, salah satunya adalah Alfiyyah ibn Malik yang memiliki tingkatan yang lumayan sulit dan membutuhkan banyak perjuangan untuk menghafalnya.
“Selain itu, tujuan film digarap untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pondok pesantren salaf mampu mengikuti perkembangan teknologi tanpa melupakan manhaj salafnya,” tutur pria kelahiran Kediri ini.
Izzul menyatakan, Kitab Alfiyah Ibn Malik merupakan kitab Nahwu paling populer, bukan hanya di pesantren-pesantren Indonesia namun juga di iniversitas Islam terkenal di dunia. Sejak dulu hingga sekarang, pesantren di Indonesia menjadikan kitab ini sebagai mata pelajaran dalam kurikulum pesantren.
“Kiai lek enggak apal alfiyyh iku gak pati kai,” sitir dawuh Almaghfurlah KH Maimoen Zubair yang dijadikan alasan saat memilih tema film.
Saat film dirilis di media resmi Al-Anwar 1, dirinya berharap kepada penonton agar mengambil pelajaran, terutama santri agar mengingat dan meluruskan niat awal menuju pondok pesantren. Juga mengikuti apa yang direstukan oleh guru serta bersungguh-sungguh atau memiliki tekad yang kuat menghadapi segala cobaan tanpa meninggalkan kewajiban.
Proses pembuatan film
Izzul mengungkapkan, mulai dari penulisan naskah, bedah naskah, casting, take serta editing menghabiskan waktu selama 2 bulan. Sementara pengambilan gambar dilakukan di lingkungan pesantren dan daerah sekitarnya, seperti asrama, mushala, gedung-gedung madrasah, maqbarah, pesisir laut dan lainnya. Untuk biaya pembuatan film menghabiskan Rp900 ribuan yang meliputi biaya konsumsi para aktor dan kru, properti, serta administrasi lainnya.
“Film ini di sutradarai oleh saya sendiri, pembuat naskah Adib Mubarok dan Hisyam Ali, DOP Muhammad Ismail, kameraman Niamul Maula, script supervisor Wildan Mubarok, gaffer Irham Arsyad, sound design M. Lubbil Fawaid, editor Muhammad Ismail. Aktornya antara lain: Hasan diperankan Ni’amul Maula, Baskara diperankan Alfin Naim, Qodhi diperankan Arif Ilman, Ucup diperankan Hisyam Ali,” sebutnya.
Diceritakan, para sutradara, aktor, dan kru-kru di balik pembuatan film ini tidak memiliki latar belakang pendidikan film maupun broadcasting. Pihaknya mencoba berlatih dan belajar dari berbagai artikel dan platform media sosial seperti youtube ataupun instagram.
Di balik kemandirian itu, sambungnya, dibentuklah wadah media yang diberi nama Media Al-Anwar yang bergerak dan bertugas untuk menjalankan semua hal mengenai media dan broadcast, meliputi live streaming, fotografi videografi, media sosial, dan lain sebagainya.
“Film ini akan memberikan gambaran kepada khalayak bahwa santri Al-Anwar Sarang melek digital,” tegas Izzul yang nyantri di Al-Anwar selama 7 tahun.
Deskripsi Film
Dalam usahanya menghafalkan Nadham Alfiyah Ibnu Malik, Baskara seorang santri yang bersemangat menuntut ilmu dihadapkan dengan godaan oleh teman yang mencoba mengalihkan perhatiannya yang bernama Ucup.
Ucup mengajak untuk ngopa-ngopi ngobrol tanpa henti, sehingga mengabaikan tanggung jawabnya seorang santri. Meskipun sempat terpengaruh, dukungan dari Hasan, Kang Qodhi dan Pak Mukhtar membimbingnya tanpa lelah dan tak menyerah.
“Akankah Baskara berhasil menamatkan hafalan 1002 Alfiyah Ibnu Malik? Saksikan Estu Mempeng yang akan tayang perdana, Ahad 18 Februari 2024 di channel Youtube ppalanwarsarang,” ucap Izzul.