Dahulu, kalau orang hendak menyebar fitnah memerlukan proses yang sangat panjang agar fitnah itu bisa sampai kepada orang lain. Mengapa?, karena saat itu fitnah hanya bisa disebarkan melalui mulut ke mulut di samping masih melekatnya rasa rikuh-pekewuh.
Kini, orang dengan seenaknya menggunakan media sosial untuk memfitnah orang lain, mengadu domba hingga melakukan ujaran kebencian, dan baru menyesal ketika persoalan itu dilaporkan ke aparat penegak hukum dan dilakukan penangkapan lalu si pelaku menagis merengek-rengek sembari minta maaf.
Jagalah lisanmu jika engkau ingin selamat, karena satu kalimat yang terucap, sedangkan kalimat itu tidak engkau anggap penting lalu Allah murka atas uapan itu, maka yang demikian akan mengantarkanmu ke neraka.
Hadits nabi:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Artinya:
Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam. (HR Bukhari)
Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
https://jateng.nu.or.id/taushiyah/satu-kalimat-yang-terucap-B4pTY