Pekalongan, NU Online Jateng
Di Kota Pekalongan, tradisi syawalan dirayakan dengan sangat meriah. Jika pada awal-awal dilaksanakan, syawalan sebagai hari raya umat Islam setelah menjalankan puasa sunah syawal, kini telah berkembang menjadi obyek wisata religi yang dikemas dengan adat dan budaya Kota Pekalongan sebagai kota batik.
Berikut beberapa kegiatan syawalan yang dirayakan setiap tanggal 8 Syawal.
Haul Ulama Pekalongan
Ada 2 agenda haul ulama Kota Pekalongan yang dihelat setiap tanggal 8 Syawal. Haul Kiai Abdul Aziz Abu Mun’im yang helat Keluarga Besar KH Mudzakir Asyhuri Banyurip, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan di Makam Banyurip Ageng depan Masjid Ar-Rahmah mulai pukul 06.00 wib.
Selain haul untuk Kiai Abdul Aziz, pada kesempatan tersebut juga menggelar haul untuk Nyai Hj Maryam Abdul Aziz, haul KH Mudzakir Asyhuri, dan haul KH Zaini Asyhuri.
Acara diawali dengan semaan Al-Qur’an di Mushala Rohmatul Mubtadiin Banyurip Alit diikuti oleh
masyarakat Kelurahan Banyurip dan sekitarnya. Acara haul para tokoh yang digelar pagi hari 8 Syawal menjadi agenda rutin setiap tahun dan ditunggu-tunggu umat Islam.
Selain Haul Kiai Abdul Aziz Mun’im, Di Pekalongan Selatan di hari yang sama juga digelar haul KH Tohir bin KH Abdul Fatah di Makam Nyamplung, Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan.
Haul setiap setahun sekali pada tanggal 8 Syawal menjadi khas dari banyak kekhasan tradisi Islam nusantara yang bertujuan mereview jejak perjuangan simbah KH Tohir bin KH Abdul Fatah dalam dakwah Islam.
Acara haul juga bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan dalam kedamaian antar umat beragama di Kota Pekalongan. Tradisi syawalan Haul KH Tohir bin KH Abdul Fatah di Makam Nyamplung, Kelurahan Jenggot. dihelat secara rutin seperti tahun-tahun sebelum covid-19, ribuan manusia menghadiri Haul KH Tohir bin KH Abdul Fatah. Wargapun harus berjalan ‘merayap’ menuju tempat acara haul.
Pesta Lopis Raksasa
Lopis yang terbuat dari bahan ketan dan kelapa merupakan panganan yang enak dimakan jika disertai parutan kelapa ditambah sedikit garam dapur. Panganan ini sejatinya tidak hanya hadir setiap syawalan tiba, akan tetapi bisa didapatkan di Jalan Agus Salim setiap hari.
Dalam perkembangannya, lopis yang diprakarsai oleh almaghfurlah KH KH Abdullah Sirodj, ulama Krapyak yang masih keturunan Tumenggung Bahurekso (Senopati Mataram) sebelum 8 Syawal tiba, selalu menjalankan ibadah puasa sunah Syawal selama 6 hari.
Awalnya KH Abdullah Sirodj rutin melaksanakan puasa Syawal, puasa ini kemudian diikuti masyarakat sekitar Krapyak dan Pekalongan pada umumnya sehingga meski hari raya, mereka tidak bersilaturahim demi menghormati yang masih melanjutkan ibadah puasa Syawal.
“KH Abdullah Sirodj memilih lopis sebagai simbol Syawalan di Pekalongan karena terbuat dari beras ketan yang memiliki daya rekat yang kuat, yang menyimbolkan persatuan,” ujar Mudir Syu’biyah Jatman Kota Pekalongan KH Ahmad Tubagus Surur, Ahad (14/4/2024).
Pesta Balon Udara
Sebelum adanya larangan menerbangkan balon udara, tradisi menerbangkan balon yang berisi gas marak dilakukan oleh masyarakat Pekalongan dan sekitarnya baik dibuat oleh perorangan maupun kelompok untuk diterbangkan pada 8 Syawal.
Namun setelah pemerintah secara resmi melarang penerbangan balon yang beraneka corak dan ragam bentuknya, penerbangan balon tidak marak karena selain membahayakan jalur penerbangan juga sangat riskan terhadap dampak yang ditimbulkan yakni kebakaran bangunan tertimpa balon yang gagal mengudara.
Namun demikian, pemerintah memberikan solusi atas kreativitas warga dengan menggelar festival balon udara yang ditambatkan pada patok dengan ketinggian yang telah ditentukan. Beberapa kali kegiatan ini sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Pekalongan bekerja sama dengan instansi lain yang disediakan berbagai hadiah menarik.
Tahun 2024 ini Pemerintah Kota Pekalongan kembali menggelar festival balon udara di lapangan Setono Kota Pekalongan. Babak penyisihan grup A kali ini menyedot perhatian masyarakat. Puluhan balon udara mewarnai langit cerah kota Pekalongan.
Wali Kota Pekalongan H Achmad Afzan Arslan Djunaid bersama pejabat terkait hadir tampak menikmati pesona balon udara yang dilaksanakan, Ahad (14/4/2024). “Festival ini sudah sangat luar biasa, kreativitasnya sangat luar biasa. Kita juga kehadiran peserta dari Wonosobo, ini menarik, karena di Jawa Tengah yang jadi ikon adalah Pekalongan dan Wonosaobo,” ujar Aaf sapaan akrab Wali Kota Pekalongan.
Aaf melihat keberhasilan Pekalongan Ballon Festival merupakan bentuk usaha dan kerjasama yang baik dari semua yang sudah stop menerbangkan balon liar. “Ayo ikut festival jangan menerbangkan balon liar yang mana bisa membahayakan diri sendiri, orang lain sampai lalu lintas penerbangan,” ucapnya.
Penulis: M Ngisom Al-Barony