Banyumas, NU Online Jateng
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan pendekatan religi dalam sosialisasi pencegahan dan percepatan penurunan stunting di masyarakat terkhusus di Kabupaten Banyumas pada Ahad (19/5/2024) bertempat di Pesantren Biroyatul Huda Batuanten, Cilongok.
Pengasuh Pesantren Biroyatul Huda Kiai Asroru Maula mengatakan, momentum haul Sayyidatina Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW untuk sosialisasi pentingnya pencegahan stunting adalah sangat tepat. Menurutnya, sosok Fathimah Azzahra, putri Rasululah SAW ini sangatlah berkaitan.
“Melalui sosok perempuan yang kelak menjadi ibu inilah, peran-peran pendiidkan, pengasuhan anak berlangsung dan menjadi awal mula terbentuknya manusia yang berkualitas,” ujarnya.
Maka lanjutnya, memperingati Haul Sayyidatina Fatimah Az-Zahra kemudian disisipi dengan sosialisasi percepatan penuruan stunting yang disampaikan oleh kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo perlu untuk menambah pengetahuan seputar stunting.
“Perempuan memiliki andil besar dalam keluarga. Perempuan juga yang paling dekat dengan anak-anak. Perempuan jadi penentu sukses tidaknya regenerasi dalam keluarga. “Maka sudah sepatutnya perempuan mempunyai pengetahuan yang cukup, termasuk dalam hal pencegahan stunting,” terangnya.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo memaparkan tentang bagaimana stunting bisa dicegah dengan menghindari 4 T. “Terlalu muda untuk menikah, terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak memiliki anak, dan terlalu tua untuk melahirkan. Sesuai anjuran BKKBN, usia minimal pernikahan bagi laki-laki adalah 25 tahun dengan perempuan minimal di usia 21 tahun,” ucapnya.
Hasto mengajak untuk optimis menyambut generasi emas Indonesia di tahun 2045. Melalui generasi emas, kelak Indonesia akan menjadi negara maju, dengan rata-rata masyarakatnya berada di usia produktif.
“Menyambut Indonesia emas, SDM Indonesia harus berkualitas. Oleh karena itu, pencegahan stunting harus dilakukan dan menjadi sangat penting,” tegasnya.
Selain menyampaikan visi besar Indonesia dengan generasi emas di tahun 2045. Dokter Hasto disertai interaksi aktif dengan jamaah memaparkan hal-hal praktis dalam melakukan pencegahan stunting. Mulai dari minum tablet tambah darah bagi remaja putri, makan makanan mengandung protein tinggi seperti telur dan ikan lele, juga perihal pentingnya pola asuh yang kelak sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak.
Rowiyah (55 tahun) asal Ajibarang kepada NU Online jateng, Selasa (21/5/2024) bercerita bahwa ini bukan pengalaman pertamanya mengikuti pengajian di Pesantren Biroyatul Huda. Tahun sebelumnya ia juga mengikuti kajian ini beserta ribuan jamaah lainya dari lintas kecamatan di Kabupaten Banyumas.
“Pengajian kali ini ada sosialisasi stuntingnya, saya jadi tahu banyak setelah diberi penjelasan oleh dokter Hasto. Jadi saya bisa teruskan ke anak dan menantu saya yang sedang hamil di rumah,” pungkasnya.
Pengirim: Dadang