Rembang, NU Online Jateng
KH Cholil Bisri hendak berangkat haji ke tanah suci. Lazimnya orang bepergian, ia pun bertanya ke adiknya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) barangkali ada titipan oleh-oleh. Namun, bukannya barang yang ia minta, Gus Mus justru titip doa ke kakaknya itu.
Doa yang Gus Mus minta kakaknya panjatkan itu harus sesuai lafalnya, tidak kurang atau lebih. Mendengar itu, Kiai Cholil berseloroh, “Wah, kamu ini, sudah minta tolong, pake ngajari segala,” tulis Gus Mus menirukan kalimat respons kakaknya itu dalam Doa Makbul yang termuat dalam buku Keajaiban Haji (1999).
Meskipun merespons demikian, pada akhirnya, Kiai Cholil pun menanyakan lafal doa yang hendak dipanjatkannya di Tanah Suci nanti.
“Doakan agar saya bisa berangkat haji. Tahun Depan. Bersama istri saya, sekaligus!”
Mendengar permintaan adiknya itu, Kiai Cholil mengonfirmasi perihal dua frasa, “tahun depan” dan “bersama istri sekaligus”. Tentu saja Gus Mus mengiyakan sembari berseloroh, “Memangnya tidak boleh?”
Merepons hal tersebut, ayah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf itu menyebut bahwa doa tersebut mempetakompli Gusti Allah. Ia pun mengaku tidak bisa menjaminnya.
Gus Mus pun tidak khawatir, wong sekadar minta. Dikasih ya ia bersyukur, tidak pun bukan suatu masalah baginya. Meskipun demikian, dalam hatinya tentu harapan itu betul-betul serius diaminkan.
Tahun berikutnya tiba, tetapi harapan itu belum tiba jua. Mobil yang Gus Mus punya pun sudah ditawarkan ke mana-mana, tetapi belum laku juga. Dalam hatinya, tebersit masa iya, doa di Tanah Suci tidak dikabulkan? Tentu pikiran itu beliau buang jauh-jauh. Barangkali kakaknya itu yang lupa memanjatkannya.
“Jelas. Ini nggak jadi. Saya nggak jadi didoakan. Atau, apa mungkin sih doanya tidak manjur? Tapi ah, ndak mungkin, mosok, doa di tanah suci kok nggak manjur. Paling banter ya itu tadi, Kiai Cholil lupa…”
Di situasi yang demikian itu, tetiba saja iparnya muncul dan menanyakan mobil yang hendak dijualnya. Tanpa ba bi bu, langsung was wes wos yang penting cukup. Uang pun dibayar di muka. Seketika itu juga, ia langsung mendaftar haji untuk bisa berangkat di tahun itu juga. Ia pun segera pamit ke kakaknya, Kiai Cholil.
“Kamu itu gimana sih. Berangkat haji kok seenak sendiri… nggak pamit-pamit kiai, nggak kabar-kabar tetangga,” kata Kiai Cholil.