Analisis Kata Rahmah dalam Al-Qur’an 

Oleh: Shofwatun Nisa*
 

Kata rahmah memiliki signifikansi yang sangat mendasar dalam doktrin Islam. Perdebatan seputar makna rahmah bukan hanya menjadi isu esensial terkait dengan substansi dan keberadaan Islam sebagai agama, tetapi juga menarik perhatian karena telah menjadi subjek diskusi yang banyak diulas oleh para sufi terdahulu.
 

Dalam mengkaji makna rahmah dalam Al-Qur’an melalui lensa analisis semantik Toshihiko Izutsu, penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka sebagai pendekatan utama. 
Kata rahmah terdiri dari tiga huruf yaitu ر-ح-م yang tersusun dalam pola رَحِمَ – يَرْحَمُ – رَحْمَةٌ.

Menurut Al-Ashfahani dalam kitab Al-Fadz Al-Qur’an, kata rahmah memiliki arti sebagai kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi. Dalam Al-Qur’an, kata rahmah terdapat 327 bentuk derivasi yang berbeda, diantaranya ada bentuk fi’il madhi, fi’il mudhari, fi’il amr, isim fa’il, isim tafdhil, dan masdar. 
 

Dalam kamus Tartibul Qamus Al-Muhith oleh At-Thahir Ahmad, makna رحمة adalah الرقة yang merujuk pada kelembutan hati, مغفرة yang menggambarkan ampunan, الثعطف yang berarti sikap lemah lembut, serta المرحمة yang berarti kasih sayang. Sedangkan dalam Al-Mu’jamu Al-Wajiz kata رحمة yang diartikan dengan lafadz الخيروالنعمة yang artinya kebaikan dan nikmat.

Dijelaskan bahwa rahmah menggambarkan kasih sayang Allah yang meliputi segala hal, dari nikmat-nikmat dunia hingga akhirat. Dalam Al-Quran, kata rahmah memiliki beragam makna yang kontekstual, seperti agama Islam, surga, kenikmatan, dan lainnya. Analisis sintagmatik menunjukkan hubungan kata rahmah dengan kata lain seperti ‘aziz, haris, dan rauf yang mengandung arti kasih sayang.
 

Sedangkan analisis paradigmatik menggambarkan kedekatan makna antara rahmah dengan kata-kata tersebut, menunjukkan sifat-sifat Allah yang luas kasih sayang-Nya. Secara sinkronik, rahmah diinterpretasikan sebagai perasaan kasih sayang yang mendorong kebaikan dan sebagai anugerah serta petunjuk dari Allah.

Pada masa Pra-Qura’anik, rahmah merujuk pada sifat pengasih Allah yang meliputi kelembutan dan kasih sayang-Nya terhadap makhluk-Nya. Dalam periode Qur’anik, rahmah terutama merujuk kepada Allah sebagai sumber utama kasih sayang, kebaikan, anugerah, dan rezeki kepada seluruh makhluk.
 

Di masa pasca Qur’ani, makna rahmah semakin meluas, mencakup juga manifestasi kemahakuasaan Allah dalam memberikan perlindungan, menghindarkan azab, serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk memperbaiki diri. Sifat rahmah dan rahim adalah milik Allah semata-mata untuk kebaikan umat manusia secara keseluruhan.

Konsep rahmah dalam Islam menggambarkan Allah sebagai sumber kasih sayang yang luas terhadap semua makhluk-Nya. Ini mencakup pemberian kebaikan, ampunan, perlindungan, nikmat, serta petunjuk dalam menjalani kehidupan. Allah terlibat secara aktif dalam kehidupan manusia, mengarahkan, memberikan pertolongan, dan menuntun mereka.

Manusia diharapkan merespons rahmat Allah dengan berbuat baik kepada sesama dan memperbaiki diri. Pemahaman mendalam tentang penderitaan manusia mendorong nilai-nilai empati, kepedulian, dan dukungan terhadap yang membutuhkan. Semua kejadian dalam kehidupan dipahami sebagai bagian dari kehendak dan rencana Allah, mengajarkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya.
 

Konsep rahmah membentuk landasan untuk hubungan manusia dengan Allah, tanggung jawab manusia dalam merespons rahmat-Nya, dan nilai-nilai etis yang mendorong perbuatan baik dan kepedulian.
 

*Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta


https://jatim.nu.or.id/keislaman/analisis-kata-rahmah-dalam-al-qur-an-k4i5d

Author: Zant