Semarang, NU Online Jateng
Masyarakat Muslim di Indonesia akan melewati peristiwa unik yang disebut Rashdul Qiblat pada Senin dan Selasa, 15 dan 16 Juli 2024. Peristiwa ini merupakan saat di mana matahari berada tepat di atas Ka’bah pada 12.27 waktu Arab Saudi.
Pengurus Lembaga Falakiyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, Muhammad Basthoni menjelaskan bahwa melalui peristiwa ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan arah kiblat.
“Secara singkat Rashdul Qiblat adalah suatu kondisi di mana semua bayangan benda yang berdiri tegak lurus bisa dijadikan acuan untuk menentukan arah kiblat dengan ketelitian yang sangat memadai,” paparnya, Senin (15/7/2024).
Basthoni menerangkan, peristiwa Rashdul Qiblat biasa juga disebut Istiwa’ A’dham. Hal ini terjadi ketika matahari melintas tepat berada di atas Ka’bah. Pada waktu tersebut, semua bayangan yang tegak lurus dipastikan menunjuk ke arah Ka’bah.
Dalam kajian Ilmu Falak, lanjutnya, Fenomena Rashdul Qiblar terjadi ketika nilai deklinasi matahari atau sudut yang dibentuk oleh garis dari pusat bumi ke pusat matahari ketika melintas di atas Ka’bah mempunyai nilai yang sama, atau selisih yang kecil dengan lintang geografis Ka’bah.
“Peristiwa ini terjadi setahun dua kali, yaitu pada 27-28 Mei 2024 dan 15-16 Juli 2024,” ungkapnya.
Dikutip dari artikel NU Online yang berjudul ‘Rashdul Qiblat Besok Sore, Pastikan Kiblat Masjid dan Mushala Anda Tepat ke Ka’bah’ yang diunggah pada Sabtu, 15 Juli 2023, Rashdul Qiblat ini akan terjadi bertepatan dengan pukul 16:26:45 WIB atau 17:26:45 WITA di Indonesia.
Akan tetapi apabila berpedoman pada pendapat Imam Syafi’i tentang kiblat, maka terdapat stratifikasi kiblat mulai dari lingkup Masjidil Haram (diperuntukkan khusus bagi penduduk kota Makkah) hingga tanah haram Makkah (diperuntukkan untuk Muslim di seluruh dunia kecuali yang bertempat tinggal di kota Makkah).
Dengan terjadinya fenomena Rashdul Qiblat, masyarakat Muslim dapat melakukan verifikasi arah kiblat, baik di masjid, mushala, ataupun rumah di seluruh wilayah di Tanah Air ini. Kiai Basthoni juga memberikan panduan untuk melakukan verifikasi arah kiblat tersebut.
Pertama, masyarakat harus melakukan kalibrasi atau pencocokan jam yang nantinya akan dijadikan acuan. Kalibrasi waktu dapat menggunakan acuan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui laman web https://jam.bmkg.go.id
“Siapkan atau perhatikan benda yang tegak lurus, yang bayangannya akan dijadikan acuan. Ketika jam telah menunjukkan waktu sekitar 16.27 WIB dengan toleransi 1-2 menit sebelum dan sesudahnya, maka bayangan benda tersebut bisa dijadikan acuan arah kiblat,” jelasnya.