Mengayomi Anak Yatim: Redam Sifat Keras Diri, Lunakkan Hati

Muharram merupakan bulan yang dipilih oleh Allah swt sebagai bulan yang mulia. Bulan tersebut memiliki berbagai peristiwa-peristiwa yang sangat istimewa sehingga pahala beribadah atau berbuat kebaikan di bulan tersebut akan dilipatgandakan. Hal ini bisa menjadi momentum untuk menambah amal kebaikan kepada Allah swt. Dengan demikian, banyak amalan baik yang dianjurkan di dalam bulan tersebut, di antaranya adalah memberikan pengayoman terhadap anak yatim. 

Dalam Al-Quran, ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kedudukan anak yatim dan dijelaskan pula keutamaan bagi Muslim yang memuliakanya. Pada tanggal 10 Muharram atau dikenal juga dengan hari Asyura, sangat dianjurkan untuk bersedekah termasuk menyantuni anak yatim. Menyantuni dalam hal ini adalah berbagi kebahagiaan, memelihara dan mengasuhnya agar tidak merasa terlantar setelah ditinggal orang tuanya. Meskipun, sejatinya mengayomi anak yatim tidak terbatas dengan waktu dan tempat.

 
Anak yatim dan piatu dalam KBBI memiliki arti yang sepadan yaitu mereka yang sudah ditinggal bapak atau ibunya dalam keadaan sebelum baligh. Mereka terkadang tidak hanya ditinggalkan oleh orang tua saja melainkan kehidupan, tempat tinggal dan hartanya juga. Dengan demikian, pemberian perhatian dan pengasuhan kepada mereka menjadi sangat berarti, untuk memupuk semangat kehidupan yang dilaluinya.

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw menganjurkan untuk mengusap kepala anak yatim. Mengusap kepala adalah simbol pemberian kasih sayang, dalam pelaksanaanya bisa dengan bersedekah dan aktivitas baik lainya yang dapat membantu anak yatim. 

Dalam sebuah keterangan dalam kitab Tafsir Al-Qurthubi dikisahkan ada seorang yang sowan kepada Nabi Muhammad saw. Ia menceritakan tentang penyakit hati. Lalu Nabi Muhammad saw memberikan saran untuk mengusap kepala anak yatim. Saran ini memiliki makna filosofis yang mendalam, yakni perlunya orang memiliki rasa belas kasihan dan kepedulian kepada anak yatim. Dengan begitu, diharapkan orang tersebut bukan saja mampu beramal baik, tetapi juga bisa meredam hati yang keras.

وَدَلَّتِ الْآيَةُ عَلَى اللُّطْفِ بِالْيَتِيمِ، وَبِرِّهِ وَالْإِحْسَانِ إِلَيْهِ، حَتَّى قَالَ قَتَادَةُ: كُنْ لِلْيَتِيمِ كَالْأَبِ الرَّحِيمِ. وَرُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى النَّبِيِّ ﷺ قَسْوَةَ قَلْبِهِ، فَقَالَ: (إِنْ أَرَدْتُ أَنْ يَلِينَ، فَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ، وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ). وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: (أَنَا وكافل اليتيم له أو لغيره كهاتين).

Artinya, “Ayat ini mengisyaratkan kebaikan kepada anak yatim, untuk berbuat baik dan bersedekah kepadanya, sehingga Qatadah berkata, “Jadilah kamu seperti seorang ayah yang penyayang.” Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw tentang kekerasan hatinya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki mengeluh kepada Nabi saw tentang kekerasan hatinya, lalu beliau bersabda, “Jika kamu ingin melunakkan hati, usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin. Diriwayatkan dalam kitab Sahih dari Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda, “Aku dan orang yang menyantuni anak yatim itu sama.”

Nabi Muhammad saw memiliki sebutan “Abul Yatama” yang berarti bapak bagi semua anak yatim. Gelar ini mengingat Nabi selalu menjadi pelindung bagi semua anak yatim. Dalam kesempatan yang berbeda, Nabi Muhammad saw juga dilahirkan sebagai anak yatim lantaran sudah ditinggal ayahnya sejak dalam kandungan. Allah swt telah mengangkat derajat Nabi Muhammad saw yang diabadikan dalam surat Ad-Dhuha ayat 6-11 sekaligus menganjurkan kepada para hambanya untuk mengasihi anak yatim. 

أَلَمۡ یَجِدۡكَ یَتِیمࣰا فَـَٔاوَىٰ ٦ وَوَجَدَكَ ضَاۤلࣰّا فَهَدَىٰ ٧ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلࣰا فَأَغۡنَىٰ ٨ فَأَمَّا ٱلۡیَتِیمَ فَلَا تَقۡهَرۡ ٩ وَأَمَّا ٱلسَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنۡهَرۡ ١٠ وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ ١١[

Artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu (Muhammad). Dan dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu (Muhammad). Dan dia mendapatimu sebagai orang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberi kecukupan.”

Anak yatim perspektif para mufassir

Berangkat dari ayat 6-11 surat Ad-Dhuha tersebut, para ulama ahli tafsir memberikan penjelasan mengenai makna yang terkandung di dalamnya. Imam Ibn Katsir, misalnya, dalam kitab Tafsir Ibn Katsir, mengutip perkataan dari Qatadah yang menceritakan kondisi Nabi Muhammad saw sebelum menjadi seorang rasul.

وَقَالَ قَتَادَةُ فِي قَوْلِهِ: ﴿أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى وَوَجَدَكَ ضَالا فَهَدَى وَوَجَدَكَ عَائِلا فَأَغْنَى﴾ قَالَ: كَانَتْ هَذِهِ مَنَازِلَ الرَّسُولِ ﷺ قَبْلَ أَنْ يَبْعَثَهُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ. رَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

Artinya, “Qatadah berkata dalam ayat tersebut: “Bukankah dia mendapatimu sebagai anak yatim, maka dia memberi tempat tinggal, dia mendapatimu tersesat, maka dia memberi petunjuk, dan dia mendapatimu dalam keadaan fakir, maka dia memakmurkan mu.” Dia berkata, “Itulah keadaan-keadaan Rasulullah saw sebelum diutusnya beliau.” Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim.

Menurut Ibn Katsir, ayat di atas diturunkan ketika Nabi Muhammad saw belum diutus menjadi rasul dan dalam keadaan yatim. Dalam ayat tersebut, secara tidak langsung, Allah swt memberikan simulasi untuk mengayomi anak yatim.

Masih dalam kitab Tafsir Ibn Katsir yang mengutip dari kitab Sahih Bukhari dan Muslim, bahwa seseorang yang mampu memberikan kasih sayangnya terhadap anak yatim. Ia dapat disebut orang yang kaya sesungguhnya. Sebab sejatinya kekayaan itu bukan dilihat dari hartanya melainkan dari kebijaksanaannya.

وَفِي الصَّحِيحَيْنِ -مِنْ طَرِيقِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ-عَنْ مَعْمَر، عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبّه قَالَ: هَذَا مَا حَدّثنا أَبُو هُرَيرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَض، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya, “Dalam dua kitab Sahih (Bukhari-Muslim), dari jalur Abdurrazzaq, dari Muamar, dari Hammam Ibn Munabbah, ia berkata, “Ini adalah apa yang diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami, Rasulullah saw bersabda “Tidaklah kaya seseorang dengan banyaknya harta, tetapi yang kaya adalah kekayaan jiwa. “

Mengapa penting dalam mengayomi dan menyantuni anak yatim, karena dalam beberapa kesempatan, Allah swt sangat mewanti-wanti untuk tidak menzalimi anak yatim. Semua yang memiliki kelebihan dalam hartanya sangat dianjurkan untuk bersama-sama membantu perkembangan anak yatim baik dari sosialnya, pendidikannya, dan kehidupannya.

وَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: “قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، ورُزق كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ ثُمَّ قَالَ: ﴿فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلا تَقْهَرْ﴾ أَيْ: كَمَا كُنْتَ يَتِيمًا فَآوَاكَ اللَّهُ فَلَا تَقْهَرِ الْيَتِيمَ، أَيْ: لَا تُذِلَّهُ وَتَنْهَرْهُ وَتُهِنْهُ، وَلَكِنْ أحسِنْ إِلَيْهِ، وَتَلَطَّفْ بِه

Artinya, “Dalam Sahih Muslim dari Abdullah bin, Amr, Rasulullah saw bersabda: “Sangat beruntung orang yang masuk Islam dan memiliki kecukupan rezeki serta merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Kemudian beliau bersabda, “Adapun anak yatim, maka janganlah kamu menzaliminya.” Yakni, sebagaimana kamu dahulu adalah anak yatim dan Allah mengayomimu, maka janganlah kamu menzalimi anak yatim.” Yakni, janganlah kamu merendahkan, menghina, dan menghinanya, tetapi berbuat baiklah kepadanya dan berbuat baiklah kepadanya.”

Demikian penjelasan mengenai anjuran untuk mengayomi anak yatim. Dalam beberapa tafsir tersebut, kita menjadi paham bahwa Allah swt memiliki perhatian khusus terhadap anak yatim sehingga ada keistimewaan tersendiri dalam mengayominya. Perbuatan mulia ini apabila dilakukan dalam bulan Muharram akan memiliki nilai tambah yang berlipat.

Ustadz Abdullah Faiz, alumnus Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.


https://jateng.nu.or.id/keislaman/mengayomi-anak-yatim-redam-sifat-keras-diri-lunakkan-hati-hxWKY

Author: Zant