Salah satu nikmat Allah bagi hamba-hamba-Nya adalah rahasia jatah usia di dunia. Bayangkan saja jika setiap manusia lahir membawa catatan usia, tentu tidak sanggup beraktivitas sebagaimana umumnya. Nikmat lain yang diperuntukkan manusia adalah kesempurnaan penciptaan sebagaimana terdapat dalam surah At-Tin;
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ
Artinya: “Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” (QS. At-Tin[95]: 4-5).
Syekh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain memahami kedua ayat ini berkaitan dengan fisik manusia. Setelah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk تعديل لصورته kemudian dikembalikan pada satu kondisi yang lemah, عن الهرم والضعف فينقص عمل المؤمن, sehingga semakin sedikit pula aktivitas beramal. (Syekh Jalaluddin, Tafsir Jalalain, dar al-Ihya: Indonesia, hal. 504).
Pada titik terlemah ketika seseorang menderita sakit, hanya terdapat dua kemungkinan, sembuh atau meninggal dunia. Pada kondisi inilah harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar menemui akhir hayat dalam keadaan yang terbaik husnul khatimah. Untuk meraih predikat ini, Rasulullah mencontohkan berbagai doa dan amalan dalam sakit yang menyebabkan wafat beliau.
Diriwayatkan dalam kitab at-Turmudzi dan Sunan Ibn Majjah, dari Sayyidah ‘Aisyah radliallahu ‘anha, ia berkata, ”Saya melihat Rasulullah dalam sakitnya (menjelang kematian) mengambil wadah berisi air kemudian memasukkan tangan ke dalamnya, dan mengusapkan ke wajah seraya berdoa;
اللهم أَعِنِّيْ عَلَى غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَسَكَرَاتِ الْمَوْتِ
Artinya: “Ya Allah tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut”
Dalam hadits yang lain, sayyidah ‘Aisyah menceritakan, “(dalam sandaranku) saya mendengar Rasulullah membaca doa:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى
Artinya: “Ya Allah, ampuni, rahmati, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.”
Syekh Nawawi dalam kitab al-Adzkar, باب ما يقوله من أيس من حياته , (Pustaka al-Alawiyah: Semarang, halaman 129-131), menambahkan, terdapat berbagai kebaikan yang bisa dilakukan seseorang menjelang ajalnya, yaitu;
Pertama, sunnah bagi orang yang sakit menjelang kematian memperbanyak syukur kepada Allah, baik dengan hati maupun lisannya. Meyakini bahwa waktu tersebut adalah akhir kehidupan di dunia, bersungguh-sungguh mempersiapkan diri di akhir kehidupannya dengan melakukan hal terbaik, menyegerakan pembebasan hak-hak adami (muamalah), seperti dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan tetangga.
Kedua, berwasiat kepada yang akan ditinggal terkait urusan anak-anaknya dan utang piutang. Ia juga harus berbaik sangka husnuzdzhan kepada Allah atas rahmat kepadanya, rendah diri di hadapan Allah, dan berharap ampunan, kebaikan, serta kenikmatan hanya kepada Allah.
Ketiga, disunnahkan memperbanyak membaca atau mendengarkan bacaan al-Qur’an, hadits, kisah orang-orang saleh ketika meninggal dunia, menambah kebaikan setiap waktu, menjaga shalat, menjauhi najis, dan konsisten mengamalkan amalan agama lainnya.
Keempat, berwasiat kepada keluarga agar sabar dengan penyakit yang diderita, sabar terhadap musibah, dan menjauhi tangisan yang dilarang agama, yakni meratap, merobek kantong, memukul pipi, dan sebagainya.
ولا بأس بالبكاء على الميت من غير نوح ولا شق جيب ولا ضرب خد
Artinya: “Tidak mengapa menangisi jenazah tanpa meratap, merobek kantong, dan memukul pipi.” (Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 137-138).
Selain hal tersebut, orang yang menderita penyakit yang dimungkinkan menyebabkan kematian juga disunnahkan berwasiat kepada keluarga agar menyambung hubungan pertemanannya, dengan berdasarkan hadits nabi saw:
إن من أبر البر أن يصل الرجل أهل ود أبيه
Artinya: “Sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah seorang laki-laki yang menyambung hubungan baik dengan teman-teman bapaknya.”
Dikatakan juga dalam hadits Nabi saw:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يكرم صواحبات خديجة رضي الله هنها بعد وفاتها
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw tetap memuliakan sahabat-sahabat Sayyidah Khadijah setelah wafatnya.”
Kelima, jika sudah mendekati ajal, disunnahkan memperbanyak bacaan tahlil, laa ilaaha illallah. Merujuk hadits nabi dalam Sunan Abi Dawud dan lainnya:
من كان أخر كلامه لااله الا الله دخل الجنة
Artinya: “Barangsiapa akhir perkataannya laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga.”
Merujuk hadits-hadits lain riwayat Muslim, Sunan Abi Dawud dan lainnya:
لقنوا موتاكم لااله الا الله
Artnya: “Ajarilah orang-orang yang menghadapi kematian agar melafalkan laa ilaaha illallah.”
Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Subang, Jawa Barat
https://islam.nu.or.id/syariah/agar-dimudahkan-saat-sakaratul-maut-menurut-sunnah-SZnaa