Mengerjakan Perintah Sesuai Batas Kesanggupan

Dalam kitab Arba’in Nawawi, terdapat hadits yang membahas tentang mengerjakan perintah Allah swt sesuai dengan batas kemampuan seseorang. Hadits tersebut masuk dalam hadits ke-21. Hadits ini mengingatkan umat Islam untuk tidak membebani diri dengan beban yang melebihi kemampuannya dalam menjalankan ajaran agama.

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ، فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأتوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ، وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ   

Artinya: “Apa yang telah aku larang pada kalian, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan pada kalian, maka kerjakanlah sesuai dengan (batas maksimal) kesanggupan kalian. Sesungguhnya, yang membinasakan umat terdahulu adalah banyaknya pertanyaan mereka terhadap nabi-nabi mereka.”

Hadits ke-21 dalam kitab Arba’in Nawawi ini secara garis besar membahas tentang pentingnya melaksanakan perintah Allah swt sesuai dengan batas kemampuan seseorang. Hadits ini menekankan prinsip bahwa setiap perintah dan kewajiban yang diberikan oleh Allah swt kepada umat-Nya adalah sesuai dengan kemampuan mereka. Dalam konteks ini, Allah swt sangat memahami keadaan dan kapasitas setiap individu. Ada empat poin yang dapat disarikan dari hadits tersebut, yaitu:

Pertama, Keadilan Ilahi
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Adil. Dia tidak akan memerintahkan sesuatu yang di luar kemampuan hamba-Nya. Ini memberi pengertian bahwa Allah selalu mempertimbangkan keadaan dan keterbatasan setiap orang dalam memberi perintah.

Kedua, Pentingnya Kesadaran Diri
Dalam menjalankan ibadah dan kewajiban agama, penting bagi setiap Muslim untuk menyadari kemampuan diri mereka. Tidak semua orang memiliki kekuatan atau waktu yang sama, dan ini perlu dipahami agar tidak merasa tertekan dalam melaksanakan kewajiban.

Ketiga, Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Hadits ini relevan dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dalam beribadah, seseorang tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang di luar kemampuan, seperti berpuasa dengan cara yang tidak dapat ditangani tubuhnya atau melakukan shalat yang berlebihan tanpa memperhatikan kesehatan. 

Keempat, Motivasi untuk Berusaha
Meskipun ada batas kemampuan, hadits ini juga memotivasi umat Islam untuk berusaha semaksimal mungkin dalam beribadah dan melakukan kebaikan. Artinya, meskipun ada batasan, setiap individu tetap diharapkan untuk berusaha mencapai yang terbaik sesuai dengan kapasitasnya.

Jadi pada intinya, hadits ini mengajarkan kita tentang pentingnya melaksanakan perintah Allah dengan bijaksana, tanpa membebani diri dengan tanggung jawab yang tidak dapat ditanggung. Dengan memahami bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang melebihi kemampuan kita, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh keyakinan, serta berupaya untuk berbuat baik dan beribadah sesuai dengan batas kemampuan yang kita miliki.

 

*Tulisan ini sebelumnya diterbitkan pada tanggal 30/03/2023 dan diterbitkan ulang setelah tahap editing.

https://jateng.nu.or.id/keislaman/mengerjakan-perintah-sesuai-batas-kesanggupan-KMbdv

Author: Zant