Jakarta, NU Online
Presiden Prabowo Subianto menyoroti berbagai permasalahan nasional, termasuk kebocoran anggaran dan kolusi antara pejabat dengan pengusaha nakal yang dianggapnya merugikan negara.
Hal itu diungkap Prabowo saat menyampaikan pidato dalam Sidang MPR dengan agenda tunggal Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Minggu (20/10/2024).
”Kita harus berani mengakui, terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita. Penyimpangan-penyimpangan. Kolusi di antara pejabat politik, pejabat pemerintah, di semua tingkatan. Dengan pengusaha-pengusaha yang nakal, pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik,” kata Prabowo.
Di hadapan anggota MPR/DPR/DPD dan tamu negara, Prabowo meminta untuk tak ragu melihat kondisi kolusi pejabat dengan pengusaha nakal. Ia kemudian mengingatkan banyak warga yang belum menikmati hidup layak.
“Kita masih melihat sebagian dari saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan, terlalu banyak saudara kita yang berada di bawah garis kemiskinan. Anak-anak yang berangkat sekolah tidak makan pagi, tidak punya pakaian,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya para pemimpin politik untuk tidak terlalu cepat berpuas diri dengan angka-angka statistik yang terlihat menggembirakan, tanpa memahami kenyataan di lapangan.
“Kita sebagai pemimpin politik jangan terlalu senang melihat angka, statistik, yang membuat kita terlalu cepat gembira dan puas padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya,” katanya.
“Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20. Kita merasa bangga bahwa disebut sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Tapi apakah kita paham gambaran sepenuhnya dari keadaan kita? Apakah kita sadar garis kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Banyak anak-anak kita yang kurang gizi dan tidak mendapatkan pendidikan yang baik, sementara banyak sekolah yang tidak terurus,” lanjutnya.
Prabowo menegaskan bahwa pemerintah harus berani menghadapi realitas ini dan mencari solusi bersama demi kesejahteraan seluruh rakyat. Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudara sebangsa yang masih hidup dalam kemiskinan.
“Kita harus bersatu mencari solusi dan jalan keluar,” serunya di hadapan anggota parlemen dan tamu negara yang hadir.
Rekam jejak bisnis Prabowo
Prabowo Subianto dan adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dikenal sebagai pengusaha besar di Indonesia. Hashim, adik Prabowo, adalah pengusaha terkemuka yang memimpin Arsari Group, yang memiliki berbagai bisnis di sektor agribisnis, pertambangan, kehutanan, dan energi terbarukan.
Ia memiliki lahan konsesi besar di beberapa wilayah Indonesia dan terlibat dalam bisnis tambang timah, perkebunan, dan sektor energi. Keduanya dikenal sebagai pengusaha berpengaruh dengan jaringan bisnis yang luas.
Ketika masih di luar negeri, seperti dicatat George Junus Aditjondro, dalam Korupsi Kepresidenan (2006), Prabowo mempersiapkan tiga bidang bisnis baru. Bisnis yang dirancang Prabowo adalah pengamanan proyek tambang, pengolahan kertas, dan penggalian sumber-sumber energi.
Pada November 2001, bersama Johan Teguh Sugianto dan Widjono Hardjanto, Prabowo mendirikan Nusantara Energi.
Perusahaan-perusahaan yang bernaung di dalamnya bergerak di bidang pulp, kehutanan dan pertanian, pertambangan, perikanan komersial, dan jasa pelayanan profesional. Nusantara Energi diklaim memiliki aset sebesar 1 miliar dolar AS dan memperkerjakan 10.000 karyawan.
Di bidang jasa pengamanan, Prabowo terhubung dengan PT Gardatama Nusantara, yang menyediakan layanan untuk perusahaan tambang di Kalimantan dan Sumatra. Selain itu, ia pernah menjadi komisaris di perusahaan migas Kazakhstan, Karazanbasmunai.
Nama Prabowo dan Nusantara Energi bahkan muncul dalam dokumen investigasi International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), yang menyoroti rincian keuangan para pengusaha global.