Pengalaman Rachmani Sakinah, Guru Muda yang Dampingi Anak Berkebutuhan Khusus Pakai Bahasa Isyarat

Jakarta, NU Online

Mengajar anak-anak berkebutuhan khusus adalah perjalanan yang penuh tantangan sekaligus kebanggaan. Hal ini dirasakan langsung oleh Rachmani Sakinah (23), seorang guru muda yang mengajar anak berkebutuhan khusus di kelas 2 SD MAITREYAWIRA, Perumahan Citra Garden, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Sebagai guru yang terjun langsung dalam mendampingi anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus, Rachmani menganggap setiap momen pembelajaran adalah kesempatan untuk memberikan dampak positif bagi kehidupan siswa-siswinya.

Belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi

Salah satu pengalaman yang sangat berkesan bagi Rachmani adalah saat pertama kali mengajar anak-anak berkebutuhan khusus tunarungu. Sebagai guru yang baru memulai perjalanan mengajar sejak April 2024, ia merasa kesulitan karena tidak menguasai bahasa isyarat, yang merupakan alat komunikasi utama bagi siswa tunarungu.

“Jujur, pengalaman pertama saya mengajar di SLB Tunarungu, saya sangat kebingungan karena saya tidak bisa berbahasa isyarat. Tetapi, seiring berjalannya waktu, saya sangat bersemangat untuk belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan lebih baik dengan siswa-siswa tunarungu,” ujar perempuan muda yang lahir pada 28 April 2001 itu.

Bagi Rachmani, tantangan ini bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk berkembang. Ia merasa senang bisa belajar bahasa isyarat sembari mengajar, sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas kemampuannya sebagai seorang pendidik.

“Betapa menyenangkannya belajar sambil mengajar,” ungkapnya, kepada NU Online, Jumat (22/11/2024).

Kreativitas adalah kunci

Rachmani Sakinah saat sedang membersihkan gigi anak didiknya. (Foto: dok. pribadi) 

Rachmani sangat percaya bahwa kreativitas adalah kunci dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.

Ia tidak hanya berfokus pada pengajaran akademik, tetapi juga berusaha mengembangkan kreativitas dan kepercayaan diri anak-anak melalui berbagai kegiatan olahraga dan kesenian.

“Anak-anak menjadi lebih percaya diri dan kreatif ketika mereka dilibatkan dalam kegiatan praktis seperti olahraga dan seni. Bahkan beberapa siswa berhasil meraih juara dalam lomba badminton dan melukis. Itu adalah pencapaian yang sangat membanggakan bagi saya,” kata Rachmani dengan bangga.

Melalui pendekatan ini, Rachmani tidak hanya memberikan materi pelajaran secara teori, tetapi juga menekankan pentingnya pengalaman langsung yang dapat memperkuat pemahaman dan meningkatkan keterampilan anak-anak.

Ia melihat bahwa olahraga dan seni memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri, meningkatkan koordinasi motorik, serta membangun rasa percaya diri yang sangat penting dalam perkembangan anak-anak berkebutuhan khusus.

Penyediaan fasilitas dari sekolah

Mengajar anak-anak berkebutuhan khusus bukanlah tugas yang ringan. Di SD MAITREYAWIRA, tantangan tersebut menjadi lebih mudah dihadapi berkat dukungan yang luar biasa dari pihak sekolah.

Rachmani merasakan betul betapa pentingnya fasilitas dan kebijakan inklusif yang diberikan untuk mendukung keberhasilan pendidikan anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus.

“Di SD MAITREYAWIRA, kami sangat beruntung mendapatkan dukungan yang sangat baik, baik dari segi fasilitas maupun kebijakan,” katanya.

Salah satu hal yang paling diapresiasi oleh Rachmani adalah fasilitas yang dirancang khusus untuk mendukung pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus.

Sekolah tempat Rachmani mengajar itu menyediakan ruang kelas yang nyaman dan dilengkapi dengan alat bantu memadai. Fasilitas ini sangat penting, karena anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan pembelajaran yang berbeda.

Alat peraga dan buku interaktif juga membantu mereka memahami materi dengan cara yang lebih visual dan praktis, sedangkan media pembelajaran lainnya mendukung pengembangan berbagai keterampilan yang tidak hanya terbatas pada akademik, tetapi juga keterampilan sosial dan emosional.

Tidak hanya fasilitas fisik yang mendukung, SD MAITREYAWIRA pun memberikan perhatian besar pada pengembangan profesional guru-gurunya.

Rachmani menyadari bahwa untuk dapat memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus, para guru perlu terus meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani beragam kondisi siswa.

Pelatihan ini meliputi berbagai aspek, mulai dari metode pengajaran yang lebih efektif untuk siswa berkebutuhan khusus, hingga penggunaan teknologi terbaru dalam pendidikan.

Pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan

Rachmani selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan menyadari bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ia mengadopsi metode pengajaran yang inovatif dan disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi masing-masing siswa.

“Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, oleh karena itu saya selalu berusaha merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Saya menggunakan berbagai alat peraga, buku interaktif, dan alat bantu lainnya untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan mudah dipahami,” jelasnya.

Dengan pendekatan ini, Rachmani melihat antusiasme yang tinggi dari siswa-siswanya dalam mengikuti pelajaran. Terlebih lagi, siswa-siswi yang belajar bahasa isyarat, yang merupakan bagian dari kurikulum di sekolahnya, merasa sangat antusias karena dapat berkomunikasi lebih baik dengan teman-temannya yang tunarungu.

Menanamkan pesan positif

Anak didik Rachmani usai praktik membuat kue. (Foto: dok. pribadi) 

Rachmani juga menyadari bahwa banyak anak-anak di sekolahnya yang memiliki kondisi medis atau diagnosis campuran, yakni tunarungu dan autisme, atau tunarungu dan tunanetra. Hal ini memerlukan kesabaran ekstra dan pendekatan yang lebih mendalam.

“Meskipun mereka memiliki kondisi yang berbeda, kami selalu mengingatkan mereka untuk tidak berputus asa. Kami percaya bahwa setiap anak dapat berprestasi seperti anak-anak lainnya jika mereka terus berusaha,” ujar Rachmani.

Ia mengatakan bahwa motivasi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan perhatian, Rachmani berusaha membantu siswa mengembangkan potensi terbaik mereka.

“Kami selalu memotivasi mereka untuk tidak merasa rendah diri meskipun mereka mungkin berbeda dengan anak-anak lainnya. Saya ingin mereka tahu bahwa mereka tetap bisa sukses dan berprestasi,” lanjutnya.

Lebih dari sekadar mengajarkan pelajaran, Rachmani juga berfokus pada pengembangan karakter siswa. Ia ingin setiap anak merasa bangga dengan diri mereka sendiri dan tidak membandingkan diri mereka dengan orang lain.

“Saya ingin mereka tahu bahwa mereka memiliki potensi yang luar biasa dan layak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Setiap anak memiliki keunikan dan bakat yang perlu dihargai dan diasah,” ujarnya.

Dalam setiap langkah pengajaran, Rachmani berusaha menanamkan rasa percaya diri dan semangat juang pada setiap anak, agar mereka tidak hanya sukses di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengeksplorasi diri melalui berbagai kegiatan, Rachmani berharap anak-anak dapat menemukan potensi mereka yang sesungguhnya dan menjadi individu yang mandiri dan penuh percaya diri.

Dedikasi Rachmani terhadap dunia pendidikan, khususnya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, tidak diragukan lagi. Ia terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam pengajaran, sekaligus memperjuangkan hak-hak pendidikan yang setara bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

“Melalui pendekatan yang kreatif dan penuh kasih sayang, saya berharap anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi mereka dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan mereka,” jelasnya.

Rachmani mengakui tidak hanya berfokus pada pengajaran akademik semata. Ia memahami bahwa tugas seorang guru lebih dari sekadar menyampaikan materi pelajaran. Baginya, menjadi guru adalah tentang menginspirasi siswa dan membantu mereka meraih potensi terbaik mereka.

“Pesan saya untuk guru-guru lain adalah untuk selalu melihat lebih dari sekadar buku pelajaran. Kita bukan hanya mentransfer ilmu, tetapi juga memberikan teladan, motivasi, dan kepercayaan diri kepada anak-anak kita,” katanya.

Bagi Rachmani, peran guru sangat penting dalam membimbing anak-anak menuju masa depan yang cerah. Ia meyakini bahwa seorang guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pembimbing yang memberikan arah dan menanamkan rasa percaya diri pada siswa

Harapan untuk pendidikan di Indonesia

Melihat perkembangan pendidikan di Indonesia yang terus berjalan, Rachmani sangat berharap agar pendidikan di tanah air semakin inklusif dan merata.

Ia menginginkan agar setiap anak, baik yang memiliki kemampuan akademik tinggi maupun anak-anak berkebutuhan khusus, diberikan ruang untuk berkembang sesuai dengan cara mereka masing-masing.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Rachmani adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya memfasilitasi pendidikan anak-anak dengan kemampuan akademik biasa, tetapi juga memberikan ruang yang cukup bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

“Saya ingin semua anak, dari berbagai latar belakang, bisa belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan tentunya dengan pendekatan yang inovatif dan menyenangkan,” tambah Rachmani.

Rachmani juga berharap agar inovasi dalam dunia pendidikan terus didorong, baik dalam hal teknologi, metode pengajaran, maupun kurikulum. Teknologi memang memberikan banyak kemudahan dalam pembelajaran, tapi kreativitas dan karakter siswa juga harus tetap menjadi fokus utama dalam setiap proses pendidikan.

Menurut Rachmani, pendidikan Indonesia harus mampu menghasilkan siswa yang tidak hanya pintar dalam hal akademik, tetapi juga memiliki karakter yang baik, mandiri, dan siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.

“Harapan saya adalah pendidikan Indonesia ke depan dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berbudi pekerti dan siap bersaing di kancah global,” harap Rahma.

Guru menurut Rachmani

Logo Hari Guru 2024. (Foto: dok. Kemendikdasmen) 

Rachmani dengan tegas mengatakan bahwa guru adalah pahlawan yang membentuk masa depan anak bangsa. Sebab jika guru hebat maka Indonesia akan kuat.

Ia menegaskan, profesi guru lebih dari sekadar pekerjaan. Menjadi guru adalah sebuah panggilan untuk membentuk karakter, menginspirasi, dan membuka wawasan bagi generasi penerus. Ia memandang, guru memiliki peran kunci dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih adil.

Rachmani percaya bahwa di tangan guru, terletak kekuatan untuk menciptakan perubahan positif di masa depan.

Sebagai sosok yang menjadi teladan bagi siswa-siswinya, guru memiliki kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai penting dalam diri siswa, seperti rasa percaya diri, semangat pantang menyerah, dan rasa tanggung jawab.

“Guru adalah orang yang tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberikan arah dan tujuan hidup bagi anak-anak. Mereka adalah pahlawan yang membentuk masa depan bangsa,” ujar Rahma dengan penuh semangat.

“Kami sebagai guru punya peran besar dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan dunia,” tutupnya.

https://www.nu.or.id/daerah/pengalaman-rachmani-sakinah-guru-muda-yang-dampingi-anak-berkebutuhan-khusus-pakai-bahasa-isyarat-8HkQp

Author: Zant