Aku ditanya seseorang. Apa saja keahlian para ulama dan santri sekarang ini?.
Aku menjawab : Aku tidak tahu pasti. Tetapi secara umum, aku kira, keahlian itu tinggal bidang atau terkait dengan persoalan-persoalan ibadah mahdhah/murni. Yakni aktivitas ritual individu manusia dengan Tuhan. Seperti shalat, doa, puasa, haji, dzikir membaca/ menghafal al Quran dan sejenisnya. Yang terakhir ini kini menjadi fenomenal dan masif. Rumah Tahfiz menjamur di kampung- kampung dan perkotaan. Ceramah, perdebatan, pertengkaran, pertanyaan-pertanyaan, banyak di seputar masalah-masalah ibadah.
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan bidang kehidupan berdimensi Muamalat, yang terkait dengan relasi antar manusia: sosial, ekonomi, budaya, politik, sains, teknologi dan sejenisnya, kurang dikuasai, tak/belum menjadi keahlian mereka. Bahkan bidang ini sering dipandang sebagai produk dunia sekuler, duniawi.
Bidang ini dikuasai oleh “orang lain”, “masyarakat sekuler”, bahkan tak beragama, atheis, dan sejenisnya. Hari ini teknologi digital menjadi produk yang mendominasi kehidupan manusia di seluruh dunia, dengan segala identitas sosial, agama, budaya, sekte, jenis kelan dan sebagainya.
Saya kira sangat menarik untuk mengutip kata-kata Badi’ al-Zaman Sa’id Nursi, intelektual, ulama, sufi, aktifis politik dan lain-lain. Katanya:
ضِيَاءُ الْقَلْبِ هُو العُلُومُ الدِّينِيَّة وَنُورُ الْعَقْلِ هُوَ الْعُلُومُ الْحَدِيثَةِ فَبِامْتِزَاجِهِمَا تَتَجَلَّى الْحَقِيقَةُ . فَتَتَرَبَّى هِمَّةُ الطّالِبِ وَتَعْلُو بِكِلَا الْجَنَاحَيْنِ وَبِافْتِرَاقِهِمَا يَتَوَلَّدُ التَّعَصُّبُ فِي الأولَى والْحِيَلُ وَالشُّبُهَاتُ في الثانيةِ
“Cahaya hati ada dalam ilmu-ilmu esoterik dan cahaya akal ada dalam ilmu-ilmu modern. Dengan memadukan dua dimensi keilmuan ini akan muncul kebenaran. Ini pada saatnya diharapkan akan menarik/meningkatkan minat generasi muda dan kelak mereka akan menguasai keduanya. Dikotomisasi atas ilmu-ilmu itu akan melahirkan fanatisme pada satu sisi dan situasi sosial penuh rekayasa dan “syubuhat”, ketidakjelasan, pada sisi yang lain”.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU