Kendal, NU Online Jateng
Pengasuh Pesantren Lirboyo kediri Jawa Timur KH Kafabihi Mahrus menceritakan sosok Abah Dim sapaan KH Dimyati Rais saat dalam proses mengalami masaqat (kesulitan dan kepayahan).
“Artinya, tiap-tiap orang sukses prosesnya harus masaqat, harus mau menghadapi kesulitan dan kepayahan,” tutur Kiai Kafa.
Hal ini dikisahkan oleh KH Abdullah Kafabihi Mahrus di peringatan seratus hari wafatnya KH Dimyati Rais di Pesantren Alfadllu wal Fadlilah Kaliwungu, Kendal pada Kamis (15/9/2022).
Menurut Kiai Kafa, Abah Dim merupakan kiai yang ikhlas, zuhud, dan khumul atau tidak mau menampakkan dirinya. “Namun orang yang demikian justru diangkat derajatnya oleh Allah,” jelasnya.
Kiai Kafa menyampaikan bahwa Abah Dim dulu dalam mencari ilmu sangat gigih. Hal itu bisa dilihat di antaranya dari semangatnya membaca kitab-kitab besar seperti Fathul Wahab, Jamul Jawami, Al-Mahalli, Ihya Ulumuddin, Tafsir Munir, dan lain sebagainya.
“Abah Dim dulu pernah bercerita kepada saya, Abah Dim memiliki kitab Nadham Fathul Wahab. Kalau karya ini ditemukan, maka ini merupakan karya yang sangat luar biasa. Belum ada nadham Fathul Wahab,” jelas Kiai Kafa.
Abah Dim, sebagaimana diketahui merupakan kiai yang aktif berjuang melalui jalur politik. Bahkan sampai pada wafat, Abah Dim masih menjabat sebagai Ketua Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
“Abah Dim berjasa besar dalam membesarkan PKB dan banyak berkorban untuk PKB,” terangnya.
Ketua Umum DPP PKB H Muhaimin Iskandar menyatakan, Abah Dim selalu mengajarkan cara pandang yang utuh. “Banyak yang mengajarkan hidup terputus-putus. Kalau tidak dunia saja, ya akhirat saja. Kalau tidak ngaji saja, ya ibadah saja. Abah Dim ini totalitas. Antara pola pikir, hati, perilaku, dan cita-cita dalam satu rangkaian, satu tarikan nafas,” ungkapnya.
Gus Ami sapaan akrab H Muhaimin Iskandar menyatakan bahwa dirinya sejak masuk di PKB, banyak belajar dari Abah Dim perihal ilmu kehidupan, ilmu politik, ilmu kenegaraan, ilmu kemasyarakatan, dan tentu khususnya ilmu agama.
Gus Ami juga mengenang, ketika sowan meminta arahan Abah Dim tidak selalu di rumah beliau, tapi kadang pula di sawah. “Abah Dim itu ulama, politisi, pembimbing, dan petani,” tutur Cak Imin.
Putra almaghfurlah KH Dimyati Rois yakni KH Alamuddin Dimyati Rais yang akrab dipanggil Gus Alam, meminta doa kepada jamaah yang hadir dirinya bisa meneruskan perjuangan dan cita-cita Abah Dim.
“Kiai Subhan mengatakan, di kitab Mughnil Labib, jika ada ulama meninggal, itu sebenarnya tidak sepenuhnya meninggalkan kita semua, tapi masih membimbing kita, masih mendampingi kita. Begitu juga berkah dan doanya lebih mustajab,” pungkasnya.
Kontributor: Zaim Ahya
https://jateng.nu.or.id/nasional/kiai-kafabihi-mahrus-kisahkan-masa-perjuangan-abah-dimyati-KlVb5