Banyak orang yang beriman berdoa agar hidupnya berakhir dengan husnul khatimah. Sebaliknya, mereka berdoa agar dijauhkan oleh Allah agar meninggal bukan dalam suul khatimah.
Sebagian besar orang mengaitkan husnul khatimah dan suul khatimah pada tempat baik seperti tempat ibadah dan tempat buruk seperti tempat hiburan bagi orang yang meninggal.
Imam Al-Ghazali mengatakan dalam kitab Ihya-nya, banyak orang khawatir kalau meninggal dalam keadaan suul khatimah. Tetapi apakah mereka mengetahui apa arti suul khatimah?
فاعلم أن سوء الخاتمة على رتبتين إحداهما أعظم من الأخرى
Artinya, “Ketahuilah, suul khatimah terdiri atas dua tingkatan di mana yang satu lebih berat dari yang lain,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2015 M], juz IV, halaman 181).
1. Tingkatan suul khatimah berat yang menakutkan adalah munculnya keraguan atau bahkan pengingkaran (kekufuran) yang dominan menguasai hati seseorang saat sakaratul maut. Nyawa orang tersebut dicabut saat hatinya diselimuti keingkaran (kekufuran) atau keraguan.
Kebulatan hati dalam keingkaran (kekufuran) menjadi hijab antara dia dan Allah selamanya. Hal ini membuatnya jauh selamanya dari Allah dan siksa yang kekal.
2. Tingkatan suul khatimah yang kedua lebih ringan dari tingkatan suul khatimah pertama. Saat sakaratul maut hatinya sedang dilanda oleh kecintaan dan syahwat pada dunia sehingga dunia itu yang tergambar dalam hatinya.
Saat mengalami pencabutan nyawa, hatinya tenggelam pada dunia sehingga tidak tersisa ruang dalam hatinya bagi yang lain. Berbarengan dengan itu nyawanya dicabut oleh malaikat. Hatinya tenggelam dalam dunia, demikian juga kepala dan wajahnya yang menghadap dunia.
Imam Al-Ghazali menambahkan, ketika hatinya berpaling dari Allah muncullah di sana hijab. Ketika ada hijab, siksa pun turun kepadanya karena api siksa-Nya hanya membakar orang-orang yang terhijab.
Adapun kepada orang beriman yang hatinya selamat dari cinta pada dunia dan membulatkan perhatiannya kepada Allah, api berkata, “Lewatlah wahai orang yang beriman karena cahaya keimananmu telah memadamkan jilatan apiku.”
Imam Al-Ghazali menambahkan, seseorang akan menemui bahaya ketika nyawanya dicabut saat hatinya tersandera oleh dunia karena seseorang akan meninggal sesuai kehidupannya.
Dalam keadaan suul khatimah, hati manusia tidak mungkin diisi dengan warna lain karena hati itu hanya dapat diwarnai melalui ikhtiar amal lahiriyah. Sedangkan amalan lahiriyah sudah selesai oleh kematian sehingga tidak ada harapan mengembalikannya ke dunia untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangannya.
Saat suul khatimah seseorang hanya memiliki penyesalan yang tidak berguna. (Imam Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin, [Beirut, Muassastut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz IX, halaman 234).
Adapun pokok keimanan dan kecintaan kepada Allah yang telah tertanam kuat di hati seseorang sekian lama dan diperkuat dengan amal saleh dapat mengeluarkannya dari api neraka dalam tempo singkat jika tertanam kuat.
Tetapi jika keimanan dan kecintaan kepada Allah dangkal tertanam, ia akan tinggal lama di neraka. Kalau saja ada keimanan dan kecintaan-Nya meski sebesar zarah, maka ia pasti akan keluar dari neraka meski setelah melalui ribuan tahun lamanya.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa husnul khatimah dan suul khatimah berkaitan dengan keimanan dan keselamatan hati seseorang dari duniawi, bukan pada tempat atau lokasi meninggal seseorang yang sering kali membuka suuzhan di kalangan mereka yang masih hidup.
Semoga Allah menguatkan keimanan dan keselamatan batin kita saat akhir nanti dan menjauhkan kita dari kematian suul khatimah. Na’udzu billah min su’il khatimah. Amiiin. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/2-tingkatan-suul-khatimah-yang-jarang-diketahui-orang-FJ9F6