Jakarta, NU Online
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, banyak negara yang dibayang-bayangi oleh resesi global. Bahkan, dia menyebut kondisi perekonomian akan gelap pada 2023.
Menanggapi kabar itu, Pakar Ekonomi Syariah Imroatul Azizah mengatakan, walaupun resesi belum benar-benar terjadi, alangkah baiknya kebiasaan hidup hemat mulai dilakukan. Belilah kebutuhan seperlunya saja, terutama kebutuhan pokok.
“Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Cukup membeli sesuatu yang dibutuhkan,” kata Iim, sapaan akranya, Rabu (12/10/2022).
Jika kemudian gaya hidup lebih hemat sudah mulai dipraktikkan, langkah selanjutnya kata Iim adalah mengatur ulang pengeluaran dan mulai mengurangi utang. Buat utang seminim mungkin untuk berjaga-jaga misalnya terjadi resesi.
“Jangan bangga belanja dengan paylater atau kartu kredit. Kalau bisa segera lunasi dan tinggalkan saja,” katanya lagi.
Kendati sedang berhemat, lanjut dia, namun bukan berarti benar-benar tidak membelanjakan apapun saat perlambatan ekonomi terjadi. “Menjadi kalkulatif itu boleh, tapi jangan sampai menyengsarakan juga,” terang Iim.
Baginya, sangat penting untuk memberi perhatian ekstra pada pengeluaran dan berhati-hati dalam mengambil risiko yang tidak perlu. “Intinya sih hindari utang konsumtif,” sambungnya.
Meski menghemat mungkin saja bisa menjaga keuangan saat terjadi resesi. Namun, menurutnya, akan lebih aman jika menambah aliran kas masuk atau pendapatan untuk makin memperkokoh kesehatan keuangan pribadi.
“Mulai mencari sumber penghasilan baru, dan mulai menabung untuk dana darurat,“ ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu.
Peringatan resesi
Sejumlah lembaga asing, Bank Dunia, IMF, ADB, hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewanti-wanti ancaman resesi global pada 2023. Peringatan resesi muncul melihat kebijakan moneter ketat bank sentral di sejumlah negara. Bank-bank sentral ini terus mengerek suku bunganya.
OJK bahkan memproyeksikan resesi global akan terjadi lebih cepat. Terlepas dari kemungkinan resesi global tahun depan, OJK belum secara spesfik membocorkan kebijakan relasi yang diperlukan.
Sementara, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dari 5,4 persen di 2022 menjadi 5 persen pada tahun depan.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) pun memperingatkan tentang memburuknya prospek ekonomi global serta lonjakan inflasi dalam beberapa dekade dapat memperparah kondisi ekonomi dunia.
Lebih jauh, IMF menyebutkan dampak pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Federal Reserve (The Fed) telah terasa secara global. Hal ini terlihat dari penguatan nilai tukar dolar AS yang terus menekan mata uang di pasar negara berkembang dan semakin menambah tekanan inflasi serta utang.
Walau tak menghitung perlambatan 2020 akibat pandemi Covid-19, IMF memprediksi kinerja tahun depan akan menjadi yang terlemah sejak 2009 atau setelah krisis keuangan global.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/cara-hindari-jeratan-resesi-2023-ada-dengan-kurangi-utang-QIKJ6