Surabaya, NU Online
Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh menyampaikan jejak- jejak perjalanannya mengumpulkan dan mencari murid-murid Gus Dur sesudah sang ayah KH Abdurrahman Wahid wafat.
Ia menceritakan sejak Gus Dur wafat, banyak kalangan kehilangan sosoknya sebagai pemimpin dan juga perjuangannya. Maka, sesudah wafat ia bersama sahabat Gus Dur melakukan perjalanan untuk meramu dan merawat ideologi Gus Dur.
“Dulu kalau ada apa-apa kami selalu mengadu ke beliau (Gus Dur-red). Saat ini kalau kalau ada yang mengancam kami, melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak adil kami mengadu ke siapa?” kata Alissa Wahid saat menyampaikan orasi kebangsaan dalam pembukaan Tunas 2022 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Diakui Alissa sumber kekuatan Jaringan Gusdurian bukanlah karena sumberdaya manusia (SDM) material, namun keteladanan sosok Gus Dur.
“Saya akui bahwa kekuatan yang kami miliki saat itu bukanlah sumber daya finansial tetapi semangat dan percaya diri karena memiliki sosok yang punya keteladanan paripurna yang telah kami timba dari seorang Gus Dur untuk mewujudkan kehidupan (Indonesia) yang lebih baik,” tutur Alissa, Jumat (14/10/2022).
Kekuatan itu ditunjukkan para penggerak Gusdurian dalam menggelar Temu Nasional Gusdurian 2022. Kerjasama itu tampak dalam kerja-kerja murid Gus Dur, salah satunya Khofifah Indar Parawansa yang kini memimpin sebagai Gubernur Jawa Timur.
Filosofi sapu lidi perekat persatuan
Perihal kekuatan jaringan untuk meramu dan merawat ideologi Gus Dur, Alissa menyebut sebuah filosofi sapu lidi. Pada tahun 2009 ketika Gus Dur wafat ia mengaku sangat kehilangan. Seiring perjalanan waktu, banyak orang juga merasakan hal yang sama.
Melalui filosofi sapu lidi ini, Gusdurian menyadari bahwa betapa pentingnya sebuah persatuan dan kesatuan untuk merawat berbagai praktik baik dalam bingkai kebangsaan yang telah dilakukan oleh Gus Dur. Sapu lidi terdiri dari puluhan lidi rapuh yang diikat menjadi satu kekuatan sehingga mampu memberikan manfaat bagi membutuhkan.
“Gus Dur adalah sosok yang memiliki rekam jejak yang sangat kuat, memiliki bekal yang sangat mumpuni, pengalamannya berwarna sehingga menjadikan beliau seperti itu. Warisan itulah yang menyemangati saya sehingga nekat keliling ke kota -kota dan desa untuk menghidupkan ideologinya,” ungkapnya.
“Alissa cuma seorang diri seperti sebatang lidi. Alisa harus mencari batang – batang lidi ke murid – murid Gus Dur yang tercecer. Semua kisah itu akhirnya menjadikan kita yang berbeda-beda bisa berada dan berkumpul seperti ini,” kata Alissa.
Motivasi dan semangat inilah yang mendorong para penggerak Gusdurian yang hadir dalam acara Tunas Gusdurian 2022.
Berdiri 10 tahun tak mengenal batas usia
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad mengatakan perkumpulan para penerus ajaran dan pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang telah berdiri 10 tahun lalu ini juga tidak mengenal kata batas usia dan alumni.
Gusdurian tidak mengenal batas usia dan tidak ada alumni. Artinya, Ibu Sinta Nuriyah pun termasuk Gusdurian. Kemudian kalau ada kawan Gusdurian membawa anak bayinya, ada peserta Tunas yang membawa bayinya maka dia (bayi itu) sudah menjadi Gusdurian,” ungkap Jay.
Ia menegaskan sudah 10 tahun lebih Jaringan Gusdurian menapaki sejarah Indonesia. Pada 2012 silam, Jaringan Gusdurian mulai menginisiasi pertemuan nasional yang mengumpulkan para murid dan sahabat Gus Dur dari berbagai daerah. Saat itu, hadir sekitar 100 orang dan puluhan komunitas.
Pada 14-16 Oktober 2022, Temu Nasional Gusdurian digelar di Surabaya, Jawa Timur. Agenda ini dihadiri oleh 1300 penggerak Gusdurian dari berbagai daerah, termasuk penggerak dari luar negeri. Artinya, kata Jay, Gusdurian telah semakin membesar secara berlipat-lipat sejak 10 tahun silam.
“Surabaya hari ini menjadi sejarah, 1300 penggerak yang hadir. Sekarang telah bergabung 155 komunitas, termasuk luar negeri (Kuala Lumpur, Bangkok, Teheran, Jeddah, dan London),” ungkap Jay.
Kerja Gusdurian semakin berat
Jay mengingatkan bahwa kerja-kerja Gusdurian akan semakin berat di masa yang akan datang. Namun, Gusdurian tetap akan melakukan diseminasi atau menyebarluaskan nilai-nilai dan perjuangan Gus Dur dengan berbagai cara. Di antaranya melalui workshop, Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG), serta berbagai kampanya untuk melakukan kontranarasi terhadap ekstremisme di media sosial.
“Kerja kita akan semakin berat. Kita akan terus melakukan pendampingan masyarakat dan mendampingi mereka yang susah beribadah karena ditolak pembangunan rumah ibadahnya. Ini berdampak pada harapan masyarakat,” ungkapnya.
Gusdurian terus melakukan advokasi
Gusdurian bukanlah penyelamat masyarakat tapi bisa menjadi teman bagi masyarakat. Artinya, kata Jay, tantangan gusdurian ke depan semakin besar.
Tunas 2022 bertajuk Menguatkan Integritas Gerakan, Meneguhkan Spirit Kebangsaan ini dibuka oleh Nyai Sinta Nuriyah Wahid dan dihadiri langsung Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/nasional/sumber-kekuatan-gusdurian-ialah-keteladanan-sosok-gus-dur-QZ38K