Bandung, NU Online Jabar
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang diselenggarakan di Bandung sejak Senin (24/10) hingga Rabu (26/10) besok mendapat respon khusus dari Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Barat. Pasalnya, kondisi global yang belum stabil pasca pandemi covid 19 ini juga disibukkan persoalan besar seperti konflik kemanusiaan yang tidak berkesudahan dan juga resesi di berbagai negara.
Ketua PMII Jawa Barat Aprilia Eka Dani berharap, agenda ini mampu menghasilkan konsep bersama dalam menjawab isu strategis yang sedang melanda dunia.
“Indonesia sebagai tuan rumah sudah sepatutnya mampu memberikan kenyamanan dan keamanan para delegasi pimpinan Parlemen negara anggota OKI. Sehingga pertemuan ini dapat maksimal sesuai tujuan agenda tanpa ada kendala apapun,” jelasnya.
April mengatakan, sebagai tuan rumah pertemuan OKI tersebut, Pemprov harus mampu untuk mengkonversikan agenda bersejarah ini kedalam proyek strategis daerah. Menurutnya, bukan tidak mungkin pertemuan ini menjadi daya jual secara afirmasi untuk Jawa Barat dengan berbagai potensi nya.
“Tak lepas, kami menekankan secara khusus kepada Gubernur Jabar, Ridwan kamil, agar mampu memanfaatkan kesempatan emas ini diluar daripada kewajiban selaku tugas tuan rumah membantu Indonesia menyukseskan acara bersejarah ini. Dalam hubungan internasional, ini bisa menjadi pendekatan diplomasi budaya, berikan gambaran potensi Jabar semaksimal mungkin sehingga Jawa Barat diberikan kepercayaan untuk menjadi mitra kerjasama global,” paparnya.
April juga mengingatkan agar dalam pertemuan tersebut pemerintah harus bisa menambah minat kerjasama bilateral maupun multilateral antara Indonesia dengan beberapa negara anggota OKI terwujud.
“Jangan sampai kekhawatiran kami, sebagai tuan rumah, Indonesia dan Jawa Barat hanya dapat beban penyelenggaraan tanpa ada efek domino positif kedepannya. Karena mau tidak mau, ditengah resesi global upaya kerjasama internasional harus ditingkatkan utamanya investasi di bidang perekonomian, ketahanan pangan dan pendidikan serta riset teknologi,” ungkapnya.
Pria yang juga merupakan lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu juga menekankan pentingnya forum OKI juga harus melahirkan rumusan-rumusan yang bermanfaat bagi semua pihak.
“Saya sangat mengapresiasi pertemuan pimpinan parlemen OKI di Indonesia. Pertemuan tersebut sangat menarik karena dilaksanakan ditempat yang sangat bersejarah yakni di Bandung. Bagaimana tidak, Bandung pernah menjadi tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika yang berlangsung antara tanggal 18-24 April 1955 tepatnya di Gedung merdeka dalam melawan kolonialisme negara-negara imperialis serta mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan. Ini bukti bahwa Bandung menjadi epicentrum pelopor pertemuan dunia,” tuturnya.
“Forum internasional tersebut yang kurang lebih akan dihadiri oleh 57 negara akan membahas isu-isu global, salah satu nya perdamaian dunia. Sudah sepantasnya, Indonesia dengan mayoritas umat islam ditengah banyak perbedaan nya menjadi role model perdamaian dunia ditengah issue konflik beberapa negara di timur tengah yang tak kunjung usai, Indonesia hadir sebagai perwujudan islam yang rahmatan lil alamin, memberikan rahmat bagi semesta alam,” sambungnya.
Selain itu, Pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua PMII Kabupaten Bandung tersebut juga berharap, kesetaraan gender pun menjadi bagian terpenting yang harus dirumuskan dalam forum tersebut. Ia menilai, dari beberapa negara anggota OKI masih terdapat ketimpangan gender di negaranya.
“Pertemuan pimpinan parlemen OKI perlu juga menekankan isu perdamaian dunia pada konteks perempuan, dalam hal ini kesetaraan gender. Bagaimanapun hak-hak perempuan harus dijunjung tinggi karena kesamaan hak laki-laki dan perempuan sebenarnya merupakan bentuk dari pada perdamaian dunia itu sendiri. Suatu fakta, masih banyak negara-negara anggota OKI yang masih belum mengindahkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,” tandasnya.
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi