Saking berjubelnya orang untuk mendapatkan tempat yang terdepan dalam shalat berjamaah di Masjidil Haram, terkadang seseorang menyenggol orang lain. Tapi anehnya ketika yang menyenggol menundukkan kepala dan menelungkupkan kedua telapak tangannya, yang tersenggol pun mengangguk menandakan kalau telah memberi maaf.
Kalau di Masjidil Haram seseorang menyenggol orang lain mudah termaafkan, mengapa dalam kehidupan sehari-hari orang pada ribut karena senggolan?, bisa saja yang menyenggol merasa tidak bersalah dan tidak minta maaf, sebaliknya yang tersenggol naik darah lalu marah-marah.
Ketika orang berdesak untuk mendapatkan shaf terdepan di Masjidil Haram, mereka telah menurunkan rasa akunya, mereka telah melepaskan pangkat dan jabatannya, mereka telah melupakan jumlah kekayaannya, yang ada dalam pikirannya hanyalah ‘aku seorang hamba yang tidak pantas melakukan kesombongan’ seraya mengendalikan hawa nafsunya.
Sungguh, orang yang kuat bukanlah orang yang tidak pernah terkalahkan dalam setiap pertengkaran, tapi yang disebut orang kuat adalah orang yang bisa menahan hawa nafsunya.
Hadits nabi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Penulis: H Ahmad Niam Syukri Masruri
https://jateng.nu.or.id/taushiyah/ketika-di-masjidil-haram-orang-turunkan-egonya-PIN34