Jakarta, NU Online
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) membuka sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty atau KTT G20, di Bali pada Rabu (16/11/2022) siang.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden Jokowi menyerukan penghentian perang di hadapan para pemimpin G20.
“Mengawali sesi ketiga ini, izinkan saya mengulang pesan yang saya sampaikan dalam pembukaan KTT G20 kemarin,” kata Jokowi.
“Stop the war. I repeat, stop the war,” imbuh dia.
Jokowi menegaskan, banyak hal yang dipertaruhkan dari adanya peperangan. Perang hanya merusakan tatanan dunia dan menyengsarakan rakyat.
“Banyak hal yang dipertaruhkan, perang hanya akan menyengsarakan rakyat,” ujarnya.
Ia juga menyebut, perang merupakan hambatan bagi pemulihan ekonomi dunia.
“Pemulihan ekonomi dunia tidak akan terjadi jika situasi dunia tidak membaik,” tutur Jokowi.
Maka itu, ia mendorong para pemimpin dunia kembali mengingat tanggung jawab yang diemban untuk memastikan situasi global yang kondusif.
“Sebagai pemimpin kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan situasi global yang kondusif bagi masa depan dunia,” urai Jokowi.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga menyebut bahwa sebagai presiden G20, Indonesia mendorong transformasi digital untuk mempercepat pemulihan global.
Di bawah presidensi Indonesia, lanjutnya, Digital Ekonomi Working Group tahun ini, G20 juga mendorong pengembangan start up potential melalui Digital Innovation Network.
Ekonomi digital, baginya, adalah kunci masa depan ekonomi dunia. Ekonomi digital sebagai pilar di masa pandemi yang telah menyumbang 15,5 persen PDB global dan membuka peluang masyarakat kecil menjadi bagian dari rantai pasok global.
Untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital tersebut, Jokowi menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat tiga hal yang harus menjadi fokus. Pertama, kesetaraan akses digital.
Jokowi menyampaikan, sebanyak 2,9 miliar populasi dunia belum terhubung ke internet, termasuk 73 persen negara kurang berkembang.
Ia mendorong G20 agar bisa memobilisasi investasi untuk membangun infrastruktur yang terjangkau bagi semua.
“Infrastruktur digital juga belum merata. 390 juta orang tinggal di wilayah tanpa internet nirkabel. Ketimpangan ini harus segera kita perbaiki,” jabar Jokowi.
Kedua, literasi digital. Melek digital bukan sekadar sebuah pilihan melaikan sebuah keharusan. Literasi digital, menurutnya, harus menjangkau semua dalam berpartisipasi dalam ekonomi masa depan.
“G20 harus dapat menggerakan kerja sama penguatan kapasitas digital bagi negara berkembang,” ujarnya.
Ketiga, lingkungan digital yang aman. Jokowi mengatakan, G20 harus mampu membangun kepercayaan sektor digital termasuk melalui tata kelola digital global.
“Hoaks dan perundungan siber dapat memecah persatuan dan mengancam demokrasi. Kebocoran data akibat kejahatan siber berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi hingga 5 triliun Dolar AS pada tahun 2024. Untuk itu, keamanan digital dan perlindungan privasi harus dijamin,” pungkasnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.