Yogyakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Penguasaan Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Narukan, Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim berpesan untuk seseorang yang ingin mengartikan Al-Qur’an terlebih dahulu membaca tafsir dari berbagai ulama tafsir Al-Qur’an.
Pesan ini disampaikannya saat Lailatul Qur’an dalam acara Multaqa Ulama Al-Qur’an Nusantara 2022 di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Rabu (16/11/2022).
“Ini awal dari disiplin ilmu, tidak bisa kita mengartikan Al-Qur’an tanpa dengan baca tafsir yang banyak. Kalau ada manusia yang tidak bisa, maka tidak perlu disesali, memang jatahnya begitu,” jelasnya.
Tokoh agama yang akrab disapa Gus Baha ini menjelaskan pentingnya baca tafsir yang banyak terlihat dalam cara mengartikan ayat 2 dari surat Al-Baqarah yang berbunyi hudal lil muttaqin (petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa).
Takwa secara definitif dimaknai imtitsalul awamir wa ijtinabun nawahi (melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul serta menjauhi segala larangan-Nya).
Sementara di surat Al-Baqarah ayat 185 menggunakan redaksi hudal lin nas (petunjuk bagi manusia). Di sinilah pentingnya melihat pendapat pakar tafsir seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Fakhrurrazi di Tafsir Al–Kabir dan ulama tafsir lainnya.
“Cari sisi ekstremnya, hudal lil muttaqin, Qur’an petunjuk bagi orang yang takwa. Faktanya Umar masuk Islam itu setelah dengar surat Toha. Sahabat lain juga masuk Islam setelah mendengar Al-Qur’an. Ini jadi bukti bahwa orang tidak Muttaqin juga dapat hidayah dari Al-Qur’an,” beber Gus Baha.
Oleh karenanya, Gus Baha meminta seseorang yang mau mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an membaca tafsir ulama Al-Qur’an sehingga memiliki pegangan dalam mengartikan sebuah ayat.
Dengan banyak membaca, seseorang memiliki arah pandangan yang komprehensif, koheren, dan sistematis serta bertanggung jawab.
Berkahnya banyak baca tafsir, seseorang akan tahu bahwa redaksi di Al-Qur’an tidak hanya ada hudal lil muttaqin, tapi juga ada hudal lin nas. Di dua kata tersebut ulama Al-Qur’an memberikan tafsirnya berdasarkan disiplin keilmuan yang dimiliki.
“Lalu kita analisis, jangan-jangan hudal lil muttaqin ini secara ilmu balaghah bermakna min badi ittifaq. Maksudnya Al-Qur’an petunjuk bagi orang bertakwa dan selain orang takwa juga. Buktinya ada ayat lain yang menyebutkan hudal lin nas,” tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.