Tulungagung, NU Online Jatim
Tidak banyak ibu rumah tangga yang menjadi pendidik generasi penerus sekaligus aktif di organisasi. Salah satunya ialah Hj Miftachurrohmah baru pekan lalu kembali terpilih sebagai Ketua Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Tulungagung periode 2022-2027.
Perempuan yang memimpin Muslimat NU Tulungagung tiga periode ini merupakan lulusan pascasarjana di Universitas Lamongan (Unisla). Dalam kesehariannya, ia menjadi pengajar di salah satu Raudlatul Athfal (RA) di Tulungagung.
“Saya juga Ketua Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Tulungagung selama 2 periode,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Jum’at (22/07/2022).
Ibu Mif, sapaan akrabnya, pernah diamanahi sebagai Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Tulungagung. Selepas berkhidmat di organisasi pelajar NU IPPNU, ia mengaku meneruskan pengabdiannya di organisasi Muslimat NU.
“Saya tidak pernah bergabung di Fatayat NU, langsung ke Muslimat NU bidang dakwah. Kemudian, ada pergantian ketua saya terpilih pada periode 2005-2010, 2010-2015, dan sekarang. Pokoknya saya ini sudah tiga periode,” ungkapnya.
Perempuan yang juga sebagai Komisi Perempuan di Majelis Ulama Indonesia Tulungagung ini mengatakan, dirinya merupakan tipikal perempuan yang tidak bisa diam di rumah. Hal itu karena jiwa sosialnya telah terbentuk, sehingga berkeinginan untuk terus mengabdi dan berkiprah di berbagai komunitas dan organisasi.
“Saya ini orang yang tidak bisa diam. Konsep berorganisasi yang saya pegang ialah 3P, yaitu profesional, performa, dan prosedural. Sebagai makhluk yang sempurna dan berpikir, saya harus berkompetisi dan bersungguh-sungguh untuk mencapai ridha Allah,” katanya.
Disinggung soal keterpilihan mengemban amanah di Muslimat NU Tulungagung, ia mengatakan bila sudah diberi tugas, maka harus mampu. Terlebih memang amanah itu dari Allah yang harus dilakukan sebaik mungkin.
“Sejak saya dipilih periode pertama saya memanjatkan doa. Ya, Allah besok pemilihan, kalau toh masyarakat masih percaya lewat panjenengan, lewat masyarakat bismillah la haula wala quwwata,” terangnya.
Perempuan kelahiran 6 Desember 1962 silam ini menuturkan, ia mengaku dapat membagi waktu antara organisasi, rumah tangga, hingga mendidik anak-anak di sekolah secara berurutan. Sebab, waktu 24 jam dalam sehari semalam yang diberikan oleh Allah harus dilakukan hingg menjadi kebiasaan.
“Makanya, pesan saya kepada anak-anak dan masyarakat, bahwa kita ini harus melakukan sesuatu yang bermanfaat. Bila itu dianggap tidak mungkin dilakukan, maka pada akhirnya akan menjadi kebutuhan ketika sudah terbiasa,” tandasnya.