Jakarta, NU Online
Dokter dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) dr Syifa Mustika menyampaikan salah satu penyebab utama meningkatnya angka diabetes di dunia adalah masyarakat memiliki kemudahan dalam mengakses manakan dan minuman manis.
“Meningkatnya kasus diabetes di Indonesia ini disebabkan utamanya karena generasi sekarang semakin mudah mengakses makanan cepat saji dan minuman manis yang tidak sehat,” terang dr Syifa kepada NU Online, Kamis (15/12/2022).
Mudahnya layanan pesan antar aneka makanan dan juga paket diskon yang diberikan banyak restoran, menurutnya, membuat orang semakin mudah menikmati makanan yang diinginkan. Aneka makanan dan minuman kekinian, seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis, dan kue kekinian juga makin beragam dan menggugah selera.
“Sekarang ini dunia seolah dalam genggaman, jadi apapun bisa pesan secara instan lewat handphone terus kemudian tingginya kadar fluktosa di makanan fast food maupun soft drink itu juga yang menyebabkan angka diabetes meningkat,” ucap dokter spesialis penyakit dalam RS Hermina, Malang itu.
Sebuah artikel di jurnal kesehatan berjudul Kandungan Gizi dalam Minuman Kekinian ‘Boba Milk Tea’ (2021) menjelaskan, segelas minuman manis kekinian memiliki kadar gula maupun kalori yang sangat tinggi.
Penelitian itu menemukan kalori yang terdapat dalam Boba Milk Tea adalah > 300 Kkal, rata-rata protein dan lemak adalah 0,47 persen dan 2,99 persen. Rata-rata kandungan sukrosa adalah 73,44 persen.
Padahal, pedoman diet Indonesia untuk konsumsi gula adalah 10 persen dari energi. Sementara energi yang dibutuhkan manusia dalam sehari hanya sebesar 2.000 Kkal. Maka, idealnya energi dari gula hanya 200 Kkal dalam sehari.
Persoalannya, saat seseorang meminum minuman Boba Milk Tea, tubuh akan menerima energi dari gula sebesar > 300 Kkal. Artinya tubuh telah kelebihan 100 Kkal dalam sehari. Itu pun dengan asumsi seseorang tersebut hanya menerima gula dari Boba Milk Tea, tidak dari minuman atau makanan manis lain.
Dr Syifa lantas menyebutkan bahwa tidak heran jika minuman atau makanan manis sangat berkorelasi dengan risiko yang lebih tinggi dari diabetes tipe-2.
“Makan terlalu banyak gula dan karbohidrat olahan menyebabkan tubuh menghasilkan insulin ekstra. Akibatnya, sensitivitas terhadap insulin turun dan tubuh tidak dapat memproses glukosa dengan benar. Kelebihan sisa glukosa dalam darah akan memicu peradangan dan diabetes tipe-2,” paparnya.
Sementara, tambah dia, diabetes tipe-2 hanya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi makanan cepat saji dan rutin berolahraga.
Data penderita diabetes di Indonesia
Melansir Kompas.com, data International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2021 menyebutkan, Indonesia menempati peringkat kelima dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun, dibandingkan tahun 2019 sebesar 10,7 juta.
Jumlah serangan diabetes di Indonesia mencapai 18 juta pada tahun 2020. Pada saat itu, prevalensi kasus tersebut meningkat 6,2 persen dibandingkan tahun 2019.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.
https://www.nu.or.id/kesehatan/bahaya-laten-minuman-dan-makanan-manis-bagi-kesehatan-ylXFA