Mustasyar PBNU Kisahkan Sayidina Khalid bin Walid saat Dicopot dari Panglima Perang

Garut, NU Jabar Online 
Mustasyar PBNU KH Muhammad Nuh Addawami sampaikan kisah sahabat Nabi yang bersama Sayidina Khalid bin Walid dicopot dari jabatan Panglima perang. Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban  yang digelar di Pondok Pesantren Nurul Huda kampung Cibojong Desa Balewangi kecamatan Cisurupan kabupaten Garut Jawa Barat, pada Rabu (15/12).

Kiai yang akrab disapa Ceng Nuh tersebut mengingatkan kepada kita sebagai umat islam agar tidak pernah “nepak dada” dikala bisa menyelesaikan semua pekerjaan yang kita dapatkan. Hal tersebut di ilustrasikan oleh Ceng Nuh dalam sebuah kisah pelepasan jabatanna Sayidina Khalid bin Walid yang dikenal sebagai panglima perang tak terkalahkan oleh Sayidina Abu Bakar yang juga merupakan keponakan dari sayidina Khalid.

Sebagai sahabat Nabi yang juga keponakan dari Sayidina Khalid sekaligus amirul mukminin , Sayidina Abu Bakar menyampaikan pelepasan jabatan panglima perang sayidina Khalid dengan begitu sopan dan ramah. Ceng Nuh menyampaikan dengan bahasa sunda yang begitu lugas.

Paman, jabatan paman ku abi badé di kurebkeun tina jabatan amir perang, lain karna teu sae, lain karena kalepatan, lain karena teu diperyogikeun dina perang,  namung kumargi nyaah ka paman, bilih paman takabur, (Paman, jabatan paman saya lepas dari amir perang. Bukan karena paman tidak bagja, bukan punya kewalahan, dan juga bukan karena tidak dibutuhkan dalam perang, namun saya lepas karena dikhawatirkan nanti paman takabur),” tutur Ceng Nuh saat memperagakan perkataan Amirul mukminin kepada sayidina Khalid dengan bahasa sunda.

 

Dengan lapang dada dan penuh rasa hormat kepada amirul mukminin, walau sebagai panglima perang, Sayidina Khalid menerima keputusan amirul mukminin dengan lapang dada dan jiwa ksatria. Seraya mengucapkan kan terima kasih dan memeluk amirul mukminin. 

Pun Alo, nuhun tos merhatoskeun kaula, (Keponakan ku, terimakasih karena telah memperhatikan ku),” ujar sayidina Khalid.

Selain itu, Ceng Nuh sampaikan pesan penting bahwa sebagai manusia, kita hanya diberi tugas untuk beribadah seperti halnya kita bertugas mengurusi NU. Namun menurutnya  tetap kita harus meniatkan diri mengurusi NU untuk beribadah.

Sebagai informasi, hadir dalam kesempatan tersebut sebagai pemateri dari Mustasyar PBNU sekaligus sesepuh Pondok Pesantren Nurul Huda Cibojong KH Muhammad Nuh Addawami, Katib PBNU KH Hasan Nuri Hidayatullah dan Rektor IAI Latifah Mubarokiyah Suryalaya Kabupaten Tasikmalaya KH Asep Salahudin. Selain itu tamu undangan yang hadir yakni Ketua MUI Garutan KH Sirojul Munir, Wakil Ketua PCNU Garut H. Abdusy Syakur Amin, jajaran MWC NU Cisurupan, Camat Cisurupan, Dandim, Kapolsek Cisurupan dan ratusan santri lainnya.

Pewarta:  Muhammad Salim
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi

https://jabar.nu.or.id/garut/mustasyar-pbnu-kisahkan-sayidina-khalid-bin-walid-saat-dicopot-dari-panglima-perang-SXstq

Author: Zant