Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, meminta Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) menguatkan koherensi dalam kepengurusan lembaga dari tingkat pengurus cabang hingga pengurus besar.
Hal ini disampaikan dalam pidatonya pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LAZISNU 2022 yang digelar selama tiga hari, 16-18 Desember 2022 di Hotel Golden Boutique, Jalan Angkasa Nomor 1 Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Saya minta, ini instruksi, supaya LAZISNU dari tingkat PCNU sampai PBNU dibangun menjadi satu struktur koheren. Tidak boleh terpecah, berjalan sendiri-sendiri, tidak boleh,” tegas kiai yang karib disapa Gus Yahya itu.
Ia mengaku kerap mengartikulasikan pentingnya membangun struktur jamiyah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang koheren. Dalam konteks ini, lanjutnya, koheren berarti menjadi satu bagian yang utuh dan saling berkesinambungan.
“Satu bagian dengan lain, satu tingkatan dengan tingkatan lainnya dalam susunan kepengurusan organisasi ini padu menjadi satu bangunan yang utuh dan tidak terpecah-pecah satu sama lain,” terang kiai asal Rembang kelahiran 16 Februari 1966 itu.
Melalui konstruksi organisasi yang koheren tersebut, menurutnya, NU bakal bergerak sebagai sebuah strategi dengan cakupan yang luas. Sebab, koherensi berfungsi sebagai daya dongkrak dari keberadaan NU sehingga memberikan dampak yang semakin besar kepada masyarakat.
“Kita punya banyak lembaga dan banyak banom ada 18 lembaga dan 14 banom (badan otonom) di lingkungan NU. Semua elemen ini harus dipersatukan dalam satu konstruksi yang padu supaya tidak ada yang bergerak sendiri-sendiri,” jelasnya.
“Jangan sampai bergerak sendiri-sendiri. Tidak boleh diteruskan lagi kondisi di mana suatu cabang mengerjakan sesuatu, cabang lain tidak tahu, PWNU tidak tahu, PBNU tidak tahu. Kita harus bangun satu konstruksi di mana setiap hal yang dilakukan oleh bagian dalam organisasi ini tersambung menjadi strategi besar,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga mengatakan bahwa LAZISNU sebagai lembaga filantropi milik NU bukan sekadar lembaga ZIS biasa. “Jenengan ini bagian dari Nahdlatul Ulama,” ujarnya.
Untuk itu, ia meminta jajaran personalia LAZISNU mengedepankan prinsip pengelolaan lembaga yang berintegritas dan disiplin.
“Maka dalam menyelenggarakan urusan ZIS, ini saya minta disiplin yang lebih kuat kepada ilmunya ulama. Saya minta lebih berhati-hati,” pungkas Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syakir NF
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.