Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Surat Al-Bayyinah ayat 2 dan 3:
رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ(٢) فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ ۗ (٣)
(2) Rasụlum minallāhi yatlụ ṣuḥufam muṭahharah. (3) Fīhā kutubung qayyimah.
(2) (Yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur’an). (3) Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).”
Ragam Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 2 dan 3
Setelah ayat pertama menceritakan rekaman ucapan kaum Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik penyembah berhala, maka ayat 2 dan 3 menegaskan lagi ucapan mereka, yakni bukti nyata yang mereka harapkan dan siapa nabi yang selama ini mereka nantikan. Dalam ayat 2 dan 3 Allah menjelaskan maksud dari Al-Bayyinah atau bukti yang nyata.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan:
أي تلك البينة هي محمد صلّى اللَّه عليه وسلّم الذي أرسله رحمة للعالمين، يقرأ عليهم ما تتضمنه صحف القرآن، المطهرة من الخلط والكذب، والشبهات والكفر، والتحريف واللّبس، بل فيها الحق الصريح الذي يبين لأهل الكتاب والمشركين كل ما يشتبه عليهم من أمور الدين، وفيها الآيات والأحكام المكتوبة المستقيمة المستوية المحكمة، دون زيغ عن الحق، وإنما هي صلاح ورشاد، وهدى وحكمة
Artinya, “Yakni Al-Bayyinah itu adalah Nabi Muhammad saw yang telah diutus Allah sebagai rahmat untuk alam semesta. Ia membacakan kepada mereka kandungan Al-Qur’an yang disucikan atau dibersihkan dari pencampuran, kebohongan, subhat, kekufuran, distorsi, kesamaran dan ketidakjelasan. Di dalamnya termuat perkara hak dengan terang benderang, menjelaskan kepada ahli kitab dan orang-orang musyrik atas segala kesimpangsiuran agama mereka, memuat ayat-ayat dan hukum yang tertulis, lurus dan kokoh, tanpa ada penyelewengan dari perkara yang hak. Di dalamnya hanya ada kebaikan, petunjuk dan hikmah.” (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 343).
Imam As-Shawi menjelaskan ayat “yatlụ ṣuḥufam muṭahharah”, yakni Nabi saw membacakan kandungan yang tertulis dalam mushaf atau Al-Qur’an, bukan membaca secara hakikatnya sesuatu yang tertulis dalam mushaf. Karena Nabi Muhammad saw membacakan Al-Qur’an dengan hafalan. Sehingga, meskipun Nabi saw seorang yang ummi, tidak bisa baca tulis, namun ketika membacakannya sama persis dengan yang tertulis di dalam mushaf, jadi seperti orang yang membacanya. Sah saja menisbatkan membaca mushaf kepadanya meskipun tidak dapat membaca dan menulis. (Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Tafsir Jalalain dan Hasyiyah As-Shawi, [Surabaya, Dar Ilmi], juz IV halaman 457).
Menurut Prof. Qurish Shihab kata “yatlu” yang berarti membaca, digunakan Al-Qur’an untuk bacaan yang sifatnya benar dan hak. Karena itu objek kata ini sering kali adalah wahyu Ilahi. Di sini pun kata “yatlu” mengisyaratkan bahwa yang dibaca oleh Rasul adalah wahyu Allah yang tentu saja sifatnya adalah hak dan benar.
Sedangkan kata “qayyimah” diambil dari kata “qawama” (قَوَم) yang berarti berdiri tegak lurus. Kata tersebut digunakan dalam berbagai makna. Namun kesimpulan maknanya adalah sempurna memenuhi semua kriteria yang diperlukan. Al-Qur’anul Karim, demikian juga bagian-bagiannya dari yang terkecil hingga yang terbesar merupakan tuntunan yang sangat sempurna, lurus tidak ada kebengkokan di dalamnya. (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005] Volume 15 halaman 443).
Walhasil, bukti yang nyata itu adalah Nabi Muhammad saw, seorang rasul dari Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran yang suci. Itulah Al-Qur’an yang disucikan dari distorsi, kebohongan dan kebatilan. Lembaran-lembaran suci itu di dalamnya terdapat kitab-kitab, yakni hukum-hukum tertulis, yang lurus. Al-Qur’an berisi akidah, hukum, kisah, dan hikmah yang akan menuntun manusia ke jalan yang benar dan lurus. Wallahu a’lam.
Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma’had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.
Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.