Jakarta, NU Online
Dalam lawatannya ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Senin (25/7/22), Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mendorong PBNU meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan revitalisasi Posyandu Keluarga yang selama ini aktif dikelola oleh Muslimat NU.
“Kehadiran saya ke PBNU adalah untuk mendiskusikan kerja sama dengan PBNU di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Yang pertama akan kita eksekusi adalah revitalisasi posyandu yang selama ini dikelola Muslimat NU,” kata Menkes Budi.
Ajakan kerja sama dari Kemenkes RI di bidang pelayan kesehatan masyarakat menurutnya selaras dengan komitmen PBNU yang berkomitmen terhadap pelayanan kesehatan di setiap pengurus cabang. Dalam hal ini NU sebagai ormas terbesar di Indonesia diyakini dapat memberikan pelayanan itu secara luas dan merata.
“Jadi, saya sampaikan ke Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), ajakan kerja sama ini. Saya yakin NU dapat membantu pemerataan pelayanan ini secara luas,” ujarnya.
Pemerataan itu, Budi bilang sangat mungkin dilakukan mengingat 300 ribu Posyandu tersebar di Indonesia dengan jumlah kader 5-10 ribu kader, sehingga totalnya dapat mencapai 1,5-3 juta kader yang tersebar.
“Kalau ini semua bisa kita gerakkan dan tingkatkan kualitasnya mereka pasti akan lebih aktif menyampaikan pelayanan kesehatan dengan baik ke seluruh masyarakat” ujar Menteri kelahiran Bogor tahun1964 itu.
Kerja sama lainnya, lanjut Menkes Budi, yaitu peningkatan pelayanan kesehatan primer yang bersifat promotif dan preventif. Transformasi layanan kesehatan primer harus mendapat perhatian khusus serta investasi kesehatan yang besar, dengan fokus kepada promotif dan preventif.
Transformasi dimulai dari Puskesmas, Posyandu sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa dan juga nantinya harus melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
“Itu karena Puskesmas saja tidak cukup, tapi harus dibangun juga klinik-klinik swasta untuk meningkatkan itu,” jelasnya.
Selanjutnya, tambah dia, program kerja sama mengurangi jumlah stunting di Indonesia. Salah satu upaya mengejar target tersebut, intervensi stunting perlu dilakukan sebelum dan setelah kelahiran.
Menurut Menkes, salah satu penyebab stunting meningkat signifikan pada usia 6 sampai 23 bulan yang diakibatkan kekurangan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan sejak usia enam bulan.
“Stunting itu caranya intervensi kesehatan dengan cara memberikan asupan protein hewani, yang paling gampang itu adalah telur dan akan baik jika itu diberikan ke bayi usia 6-23 bulan,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tubuh yang kekurangan asupan protein hewani, akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik, belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah.
Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. Sehingga juga menyebabkan stunting dan gangguan kognitif.
“Protein hewani, tidak harus makanan mahal. Tiga sumber protein hewani yang udah dan murah adalah telur, ikan, dan susu,” tandas Menkes Budi.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi
Download segera! NU Online Super App, aplikasi
keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan informasi serta pendukung
aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.