NU Jateng: Pengurus NU Harus Mau Mendengarkan Suara Masyarakat

Semarang, NU Online Jateng
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) KH Ubaidullah Shodaqoh menegaskan pengurus NU di semua tingkatan harus dekat dan mendengar berbagai keluhan masalah masyarakat.

“Jangan sampai pengurus NU tidak lagi mendengar kehendak masyarakat. NU harus hadir semampu mungkin di tengah masyarakat”, tegasnya dalam acara ‘Rembug Batir Warga Pesisir, Merawat Pesisir Menjaga Masa Depan Kehidupan’ di Pesantren Al-Itqon Bugen,  Kota Semarang, Selasa (10/1/2023) malam.

Menurutnya, berbagai permasalahan akhir-akhir ini khususnya di kawasan Pantai Utara (Pantura) hendaknya menjadi perhatian pengurus NU dengan empati melalui penyerahan atau menyalurkan bantuan kepada warga terdampak banjir.

“Apa yang telah dilakukan PCNU di kawasan Pantura bagian dari rasa empati,” ucapnya.

Sebelum itu Ketua  PWNU Jateng HM Muzamil menyampaikan, dahulu alam ini nampak ramah dengan umat manusia, namun sekarang ini manusia nampak semakin terdesak oleh alam. “Seharusnya manusia sebagai subjek, bukan objek,” ujarnya.

Karena itu menurutnya,  perlu dicari akar masalahnya, mengapa alam seolah tidak lagi ramah. Dari sini barangkali akan dapat dicari solusinya.

“Kita juga yakin Allah SWT tidak akan membebani hamba-Nya kecuali sesuai kesanggupannya atau kemampuannya. Dari sini kita harus bersikap optimis bahwa setiap masalah tentu akan ada jalan keluarnya,” ucapnya.

Ketua PW Lembaga Penanggulanngan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jateng Hj Winarti menyampaikan tentang upaya yang dilakukan LPBINU dalam penanggulangan musibah bencana dan pengurangan resikonya.

“Diperlukan upaya yang ekstra karena kondisi alam sangat mendesak dan memprihatinkan, sehingga semua harus bahu membahu turun tangan,” ungkapnya.

Moderator H Hasan menjelaskan, apa yang menimpa masyarakat pesisir pantai utara Jateng belum menemukan solusinya. Karena itu kita meminta kepada pemerintah untuk mencermati kondisi riil di lapangan.

“Di Demak misalnya, saat ini terdapat empat kecamatan yang terkena rob seperti Sayung, Karangtengah, Bonang, dan Wedung. Desa Purwosari, hampir seluruhnya tenggelam. Kami harapkan, akibat rob ini, dibuatkan tanggul, untuk jangka panjangnya,” ucapnya.

Dikatakan, jika keseimbangan alam terganggu maka akan muncul masalah. Kita harus mencari akar masalahnya, seperti penggurukan, ditinggikan tanahnya. Namun ini bukan solusi karena setelah itu air masih pasang naik.

“Air itu harus dibuatkan salurannya. Sungai untuk pintu air tidak lagi dirawat, ditambah pembuangan sampah tidak pada tempatnya. Diperlukan normalisasi aliran sungai,” terangnya. 

Ketua LPBINU Kota Pekalongan Ali Imron menyampaikan, kawasan Kota Pekalongan khususnya di daerah pesisir bisa berlangsung cukup lama. “Banjir di lingkungan kami bisa mencapai dua bulan. Karena selain air hujan juga karena rob,” terangnya.

Dijelaskan, meskipun sudah dibantu lima mesin penyedot air, namun juga masih banjir dan belum bisa mengatasi banjir dan rob. Air hujan yang deras ditambah air laut yang pasang. Jalanan juga licin, yang mau sekolah juga menenteng sepatu.

“Kalau tidak mau memperbaiki maka jangan merusak alam,” pungkasnya.

Pengirim: Insan Al-Huda


https://jateng.nu.or.id/nasional/nu-jateng-pengurus-nu-harus-mau-mendengarkan-suara-masyarakat-Lq5um

Author: Zant