Sumenep, NU Online Jatim
Penulis buku ‘Dukun Carok & Tongkat Kayu’ A Warits Rovi mengurai sejumlah Tips Menulis karya sastra berupa Cerita Pendek (Cerpen). Penjelasan tersebut disampaikan pada Pelatihan Menulis Cerpen yang dipusatkan di Aula Mini Madrasah Aliyah (MA) Tarbiyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI) Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Pragaan, Sumenep, Kamis (26/01/2023).
“Cerpen adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa fiktif yang terdiri dari abstrak, orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda,” ujar A Warits Rovi.
Disebutkan, di dalam Cerpen terdiri dari beberapa unsur intrinsik, yaitu tema, tokoh, watak, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Menurutnya, tema adalah gagasan dasar yang menjadi latar belakang keseluruhan cerita.
Sedangkan tokoh merupakan pemeran yang diceritakan dalam sebuah Cerpen. Tokoh itu terdiri dari pemeran utama dan pendukung. Adapun tokoh, merupakan unsur penting untuk mengembangkan cerita.
“Yang disebut alur atau plot bagian dari rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Alur dibagi menjadi 3, yaitu alur maju, mundur, dan campuran. Sementara latar, penulis bisa menyebutkan tempat, waktu, suasana yang terjadi dalam Cerpen,” ungkap cerpenis asal Sumenep ini.
Lebih lanjut, di dalam Cerpen terdapat amanat yang menjadi pesan moral atau pelajaran yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang disampaikan biasanya dalam bentuk tersirat maupun tersurat.
Pria kelahiran Gapura, Sumenep ini menjelaskan, sudut pandang merupakan cara pandang pengarang saat menceritakan kisah pada sebuah Cerpen. Ia mengatakan, sudut pandang dibagi menjadi 3 bentuk.
“Meliputi, sudut pandang orang pertama yang terdiri dari pelaku utama, seperti ‘aku’ merupakan tokoh utama. Sedangkan pelaku sampingan, seperti ‘aku’ menceritakan orang lain,” ulasnya.
Selain itu, ada pula sudut pandang orang kedua. Di bagian ini, ia mengimbau untuk memposisikan diri sebagai narator yang sedang berbicara kepada kata ganti ‘kamu’ dan menggambarkan apa yang dilakukan ‘kamu’ atau ‘kau’ atau ‘anda’.
“Sudut pandang orang kedua ini, pembaca diperlakukan sebagai pelaku utama, sehingga merasa dekat dengan cerita. Karena seolah menjadi tokoh utama,” terangnya.
Sementara sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang serba tahu, seperti menggunakan kata ‘dia’ menjadi tokoh utama. Serta, menjadi pengamat seperti kata ‘dia’ yang menceritakan orang lain.
Di kesempatan itu, Warits Rovi juga menyebutkan macam-macam perwatakan, berupa protagonis, antagonis, dan tritagonis. Untuk membuat perwatakan dapat dilakukan dengan cara menggambarkan bentuk lahir dari pelaku cerita.
Di samping itu, perlu menceritakan jalan pikiran atau apa yang terlintas dalam pikiran tokoh, penggambaran tentang bagaimana reaksi pelaku terhadap kejadian-kejadian, menganalisis langsung watak tokoh, dan pelukisan keadaan sekitar lingkungan pelaku.
“Jangan lupa, penulis hendaknya juga melukiskan mengenai bagaimana pandangan pelaku lain terhadap tokoh utama dan perbincangan oleh pelaku-pelaku lain terhadap tokoh utama guna memberi kesan terhadap tokoh utama,” tandasnya.
https://jatim.nu.or.id/madura/tips-menulis-cerpen-ala-penulis-buku-dukun-carok-tongkat-kayu-bEuPH