Surabaya, NU Online Jatim
Setahun berlalu bus Trans Semanggi Surabaya (TSS) mengaspal di Surabaya, namun sederet pekerjaan rumah masih perlu dibereskan. Catatan untuk melakukan perbaikan salah satunya disampaikan anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya, William Wirakusuma.
Willian meminta agar operator TSS memperbaiki sistem transportasi massal ini. Di antaranya perihal jadwal operasi yang tidak sesuai di aplikasi, sehingga penumpang harus menunggu lama. Selain itu, terkadang aa 2-3 bus berjalan bersamaan saat malam hari, termasuk pula sopir yang ugal-ugalan saat mengemudi.
“Ini yang perlu diperhatikan oleh sopir TSS, hendaknya menjaga laju kendaraannya dengan normal untuk kenyamanan penumpang,” ungkap William.
Dewan dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menambahkan, sederet permasalahan lain juga seringkali terjadi, anntara lain tarif yang lebih mahal dari Suroboyo Bus, belum terintegrasinya dengan Suroboyo Bus, aplikasi yang tidak stabil termasuk jadwal yang tidak tepat, dan yang terakhir minim informasi bagi para penumpang.
Untuk itu, pihaknya berharap agar TSS, Suroboyo Bus, serta Bus Listrik perlu duduk bersama agar tidak ada perbedaan tarif. Kemudian, TSS harus ikut Surabaya Integrated Urban Transport System (SIUTS), agar TSS dan Suroboyo Bus terintegrasi untuk memastikan ketepatan waktu transit.
“Manajemen TSS pun harus lebih responsif agar segala informasi cepat disampaikan ke masyarakat,” lanjut William.
Saat ini tarif TSS Rp6200, lebih mahal dibanding Suroboyo Bus, selisihnya hinga Rp1200 sekali perjalanan. Mengingat, tarif Suroboyo Bus sebesar Rp5 ribu, bahkan berlaku untuk dua jam. Dengan demikian ongkos transportasi yang dirogoh warga Surabaya Timur lebih mahal dibanding Surabaya Selatan-Utara.
“Selama setahun ini saya sering sekali menyampaikan keluhan-keluhan penumpang maupun pengguna jalan lainnya, namun tidak ada perubahan sama sekali. Kemenhub harus memberikan sanksi berupa pemotongan pembayaran jasa layanan,” pungkas William.