Trenggalek, NU Online Jatim
Kecil dan penuh semangat, kata itulah yang sekiranya pantas disematkan ke salah satu anggota Pimpinan Ranting Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Karanganom, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.
Ngabid Mubarik Daroin, baru saja lulus mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Banser yang diselenggarakan oleh PAC GP Ansor Durenan. Ia mengaku, semangat mengikuti Banser di usianya yang masih 17 tahun karena prihatin di lingkungannya hanya ada satu orang anggota Banser.
Selain itu, Ngabid beralasan mengikuti Diklatsar Banser supaya bisa membentuk diri menjadi lebih disiplin. Ditambah lagi memiliki keinginan bulat untuk meneruskan perjuangan dalam berkhidmah di NU.
“Saya ingin membangkitkan kader-kader NU yang ada di desa saya. Karena di daerah Ranting Karanganom minim Banser. Saya ingin membangkitkan semangat itu pada pemuda yang ada di Ranting Karanganom,” ungkap Ngabid, saat dihubungi Selasa (28/02/2023).
Setelah lulus Diklatsar Banser, dikatakannya, mindset mulai bergerak bagaimana sikap, cara menjadi seorang pemimpin, terutama memimpin diri sendiri.
“Jika tidak bisa memimpin diri sendiri, sulit untuk memimpin suatu organisasi,” kata siswa kelas XI SMA Islam Gunung Jati Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien (PPHM) Ngunut, Tulungagung itu.
Ngabid menceritakan kenangan saat Diklatsar sebagai peserta termuda. Ia pun terkesan dengan komandan yang disiplin dan tegas.
“Komandan sangat bersemangat untuk mendidik peserta. Komandan berusaha membuat peserta menjadi disiplin baik dalam tim, regu, dan di dalam kompi untuk selalu menjalin satu kerja sama dan kompak. Lalu, menghargai seseorang yang ada di depan, serta dilatih untuk menjadi orang terdepan,” terangnya.
Terpisah, kakak Ngabid, Ahmad Baha’uddin menjelaskan adiknya memang memiliki semangat yang tinggi. Karena ketika ditanya alasan masuk Banser adalah untuk berkhidmah menjaga kiai.
Baha’ mengaku jika tidak sedang dalam mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Ngunut, adiknya akan menjaga pengajian di berbagai kesempatan di wilayah setempat.
“Kalau tidak karena mencari ilmu, pasti akan menjaga pengajian. Andai kata bukan tuntutan kembali ke pondok pasti mengawal,” paparnya.